Sabtu, 14 Mei 2016

Catatan Kecil 119 : PENGERTIAN THORIQOH

YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
KISAH DAN PETUAH
Catatan Kecil 119 : "KESAKSIAN" SEBAGAI PERSONAL (PENGAMAL) APA YG KAMI KETAHUI, RASAKAN DAN ALAMI DALAM PERJUANGAN WAHIDIYAH :

PENGERTIAN THORIQOH

RUANG TANYA JAWAB, KOMUNIKASI, INFORMASI DAN KONSULTASI :
----------------------------------------
BINCANG-2 mulai Hari Ini, 16 MARET 2015 - SEMOGA ADA BERKAH
DAN BERMANFAAT TUK KITA SEMUANYA..., AMIIN...., dan mohon do'a restu Bapak/Ibu/Sdr para PEMBACA kisah ini semuanya aja, semoga sdr kita pengamal Wahidiyah ini beserta anak cucunya ila yaumil qiyamah dapat menjadi Pejuang Wahidiyah sejati yg handal, cerdas, militan dan mumpuni dan SEMUA KESULITAN HIDUP MENDAPAT SOLUSI TERBAIK DAN HAJATNYA CEPAT DIIJABAH OLEH ALLOH SWT...., Amiin.....
Tolong di like/di suka, dibagikan ke seluruh Pengamal Wahidiyah, dan ditanngapi sebagai bahan RENUNGAN DAN DISKUSI KITA BERSAMA. ANDA BOLEH BERTANYA JAWAB, BOLEH KONFIRMASI DISINI (TABAYYUN), BOLEH MENGKRITISI, MENGOMENTARI, NGASIH SARAN, PENDAPAT.... DLL....DENGAN CARA YANG BAIK N SOPAN !
Alamat/ Link Forum Kominfo :
RUANG TANYA JAWAB, KOMUNIKASI, INFORMASI DAN KONSULTASI :
Layanan Online Education Wahidiyah - TELP 082226668817 (NOMOR KOMUNITAS KEDUNGLO) - 087870200117 - 085773653117 -
WhatsApp 085773653117 -
FB/INBOX : https://www.facebook.com/ahmad.dimyathi.5264
PIN BBM : 57860CC9 - Skype : ahmad_dimyathi -
Twitter : https://twitter.com/AHMADDIMYATHISA
--------------
Semoga tulisan ini bermanfaat dan besar berkahnya tuk kita semuanya tanpa kecuali. Khususnya bagi keluarga besar pengamal Sholawat Wahidiyah mau dan mampu mengambil inti sari dan manfaat atas kisah dan petuah tersebut, dan semoga semangat dan perjuangan Beliau Mbah Yahi Qs wa Ra dan Kanjeng Romo Yahi Ra dalam kehidupan selalu menginspirasi dan memotivasi keluarga dan kita semua, khususnya dalam Perjuangan Wahidiyah. Amiin !.
Mksih Jazaa kumulloohu khoirooti wa sa'aadaatid dun-ya wal aakhiroh. Amiin !. Selamat berjuang Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW min yaumina hadzaa ilaa yaumil qiyaamah..Amiin !.
AL-FAATIHAH ! - MUJAHADAH !
-----------------------------
Dian Arifin · Berteman dengan Suyuthi Kevin dan 2 others
Toriqoh niku nopo yai.., Wahidiyah nopo toriqoh...?
Dan guru mursid itu yang bagaimana.. Kulo Mboten pham ..?
Nyimak mawon..
16 Maret pukul 12:31 · Batal Suka · 4
Ahmad Dimyathi S Ag : PENGERTIAN THORIQOH
Thoriqoh adalah jalan atau cara atau metode.
Semua ibadah ada cara atau metodenya; sholat, puasa, zakat, haji semuanya ada metodenya dan cara-cara itu dinamakan Thoriqoh.
(Sumber: Pengajian Minhajul 'abidin, 10 R. AKhir 1422 H)
DASAR THORIQOH
“Dan jika manusia tetap pada suatu Thoriqoh, pasti mereka akan mendapatkan air yang menyegarkan”. (Qs: Al Jin 16)
Berdasarkan Qs: Al Jin 16, ajaran Thoriqoh adalah ajaran agama Islam, bukan ajaran Ulama’ Salaf (Ulama pertengahan setelah para sahabat), sebagaimana anggapan sebagian kecil ummat Islam. Ajaran Thoriqoh itu dititikberakan kepada ajaran Dzikrulloh. Masalah Dzikrulloh telah di contohkan atau diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW. Tersebut di dalam al-Qur’an :
“Sungguh ada bagi kamu di dalam diri Rosul itu contoh yang bagus, bagi siapa saja yang ingin bertemu Alloh dan hari akhir, maka Dzikirlah kepada Alloh yang sebanyak-banyak- nya”. (Qs: Al-Ahzab : 21)
Ajaran Thoriqoh / Dzikrulloh ini adalah ajaran yang bersifat khusus, artinya tidak akan diberikan / diajarkan kepada siapa saja, selama orang itu tidak memintanya. Oleh sebab itu untuk menerima ajaran Thoriqoh/Dzikrulloh ini harus melalui Bai’at, tersebut di dalam al-Qur’an surat:
“Sesungguhnya orang-orang yang BAIAT kepadamu (Nabi Muhammad SAW), sesungguhnya mereka BAIAT kepada Alloh” (Qs: Al Fath : 10).
Suka · Balas · 2 · 1 jam
Ahmad Dimyathi S Ag " WAHIDIYAH MENIKO NOPO THORIQOH " ???.
WAHIDIYAH BISA BERMA'NA THORIQOH DLM ARTI JALAN ATAU CARA ATAU METODE ATAU SARANA TUK MENUJU WUSHUL SADAR KEPADA ALLOH SWT - FAFIRRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW YANG SIMPEL DAN PRAKTIS SERTA SANGAT EFEKTIF DAN EFFISIEN !.
BEDANYA DENGAN THORIQOH YG ADA PADA UMUMNYA SELAMA INI, BAHWA DALAM WAHIDIYAH INI TANPA MELALUI BAI'AT DIHADAPAN GURU MURSYIDNYA (AL-GHOUTS), SEBAB SHOLAWAT WAHIDIYAH DAN AJARAN WAHIDIYAH INI TELAH DIIJAZAHKAN SECARA MUTLAK ( SECARA UMUM ) OLEH BELIAU MU'ALLIFNYA MBAH KH. ABDUL MADJID MA'RUF QS WA RA AL-MUJADDID/AL-GHOUTS FII ZAMANIHI. (Tanpa ada bai’at dan syarat-syarat apapun. Ijazah mutlak dan bersifat umum, luas, dan dipermudah, dengan dasar “ikhlas tanpa pamrih”).
SIAPAPUN TIDAK PANDANG BULU DAN GOLONGAN BOLEH MENGAMALKAN DAN MENYIARKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH DAN AJARAN WAHIDIYAH. DARI MANAPUN, DARI SIAPAPUN DAN DENGAN CARA APAPUN MEMPEROLEH SHOLAWAT WAHIDIYAH, TERMASUK LEWAT FB, TWITTER DLL MISALNYA, TELAH DIIZINKAN TUK MENGAMALKANNYA SESUAI PETUNJUK YANG ADA DALAM LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH DENGAN SUNGGU-SUNGGUH,
BAHKAN OLEH BELIAU MU'ALLIFNYA SANGAT DIANJURKAN TUK MENYIARKAN, MENYEBARLUASKAN KEPADA MASYARAKAT LUAS DENGAN IKHLAS DAN BIJAKSANA, SEHINGGA MUDAH-2AN UMMAT MASYARAKAT JAMI'AL 'ALAMIN, KHUSUSNYA DIRIKITA SEKELUARGA SEGERA BERDUYUN-DUYUN, BERBONDONG-BONDONG SADAR DAN MENGABDIKAN DIRI KEPADA ALLOH SWT, ITTIBA'/MENGIKUTI, MAKMUM KEPADA ROSULULLOH SWT DENGAN JALAN ATAU METODE WAHIDIYAH INI.
MENURUT PENGALAMAN ALHAMDULILLAH SETELAH MENGAMALKAN SHOLAWAT WAHIDIYAH ATAU BAGIAN DARI PADANYA, MISALNYA BACAAN "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" SELAMA 40 HARI BERTURUT-TURUT,
MEREKA DAPAT MERASAKAN MANFAAT, BERKAH DAN ASRORNYA AMALAN SHOLAWAT WAHIDIYAH YANG SANGAT AMPUH, SANGAT EFEKTIF DAN EFFISIEN, BERUPA KEJERNIHAN HATI, KETENTRAMAN BATIN DAN MA'RIFAT (SADAR) BILLAH WA ROSUULIHI SAW, SERTA MEMPEROLEH SOLUSI DARI KESULITAN-2 DAN MASALAH-2 HIDUP YG DIHADAPINYA, DO'A-DO'ANYA DIIJABAH ALLOH SWT. ALHAMDULILLAH, HADZAA MIN FADL-LI ROBBII...!!!.
Silakan tuk mencoba dan membuktikannya keampuhan "THORIQOH WAHIDIYAH". Amiin.. !.
KETERANGAN :
SHOLAWAT WAHIDIYAH BERFAEDAH MENJERNIHKAN HATI DAN MA'RIFAT BILLAH wa ROSUULIHI SAW.
IJAZAH MUTLAK Al-Mukarrom Mbah KH Abdoel Madjid Ma’roef Mualif Sholawat Wahidiyah QS wa RA Al-Ghouts Fii Zamanihi mengenai amalan Sholawat Wahidiyah :
Syukur Alhamdulillah, karena kasih sayang Mbah Yahi QS wa RA kepada para pengamal Wahidiyah, beliau berkenan menyampaikan fatwa amanat terakhir di malam terakhir dalam pelaksanaan Mujahadah Kubro Rojab tahun 1989 meski dari kamar dalem tengah.
Pada kesempatan tersebut Beliau QS wa RA meng-ijasahkan Sholawat Wahidiyah kepada seluruh hadirin untuk diamalkan dan disiarkan dengan kalimat,
“Ajaztukum Bihadzihis Sholawatil Wahidiyyati fil 'Amali wan Nasyri”.
Yang artinya “Aku ijazahkan kepadamu Sholawat Wahidiyah ini untuk di amalkan dan disiarkan/diijazahkan kepada yang lain.”
Siapapun yang mendapat Sholawat Wahidiyah darimana saja dan dari siapapun itu, silahkan di amalkan. Tidak pandang bulu, siapapun yang mau, boleh mengamalkan tanpa ada batasan suku, golongan, ras, bangsa, agama, umur dan jenis kelamin. Tanpa ada bai’at dan syarat-syarat apapun. Ijazah mutlak dan bersifat umum, luas, dan dipermudah, dengan dasar “ikhlas tanpa pamrih”.
Setelah di amalkan supaya di syiarkan kepada keluarga, teman, dan masyarakat luas pada umumnya dengan IKHLAS, sebaik dan sebijaksana mungkin.
Hadist Rosululloh SAW: “Sampaikanlah apa yang datang dariku walaupun hanya satu ayat.” (HR. Bukhori dan Tirmidzi dari Ibnu Umar)
#############
Es Susanty yaa sayyidii yaa ayyugalghouts.
assalamu'alaikum pak dim..
nderek nyuwun penjelasan.
ada teman yg mempertanyakan ttg tawashul. sprt kita mengamalkan sesuatu hrs tawasul pd gurunya.
kita sbg pengamal SW seperti kita membaca tasyfu'an iftighosah dulu apa sperti itu.
yg jadi perdebatan shg membuat teman semua jd bingung. pertanyaannya :
1. Apakah sholat kita juga ada tawasulnya....?.
Satu teman ada yg menjawab sholat itu tdk tawasul langsung pd Allah.
sdang teman yg satu bilang sholat itu juga ada tawasulnya.
disinilah yg membuat teman" bingung tak menemukan jawaban.(termasuk saya sendiri).
tolong penjelasannya..
2. Perbedaan tawasul dan wasilah itu gimana pak dim ?.
matur suwun sakderengipun.
16 Maret pukul 12:50 · Telah disunting · Suka · 3
Ahmad Dimyathi S Ag : Merupakan sunnatullah setiap tujuan akan terwujud dengan ijin Allah setelah ditunaikannya sebab atau perantara yang biasa disebut wasilah. Baik wasilah yang memang Allah ciptakan secara tabiat dan fitrah yang dinamakan wasilah kauniyah, maupun wasilah yang Allah syariatkan di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah yang disebut wasilah syar’iyah. Hanya saja wasilah kauniyah sangat mungkin diwujudkan seorang mu’min ataupun kafir, seperti makan untuk kenyang, pakaian untuk menjaga diri dari rasa dingin atau panas dan seterusnya. Adapun wasilah syar’iyah hanyalah muncul dari seorang mukmin saja. Macam kedua inilah yang menjadi topik bahasan kita kali ini.
Allah sendiri telah menetapkan adanya wasilah bagi seorang mukmin untuk mendekatkan diri kepada-Nya:
يَأيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَقُوا اللهَ وَ ابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah yang mendekatkan diri kepada-Nya”. (Al Maidah : 35)
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menukilkan tafsiran Ibnu Abbas, Mujahid, Abu Wa’il dan selain mereka dari kalangan ulama tafsir bahwa yang dimaksud wasilah di dalam ayat tersebut adalah suatu perkara yang bisa mendekatkan diri kepada Allah .
Lebih daripada itu Allah juga menetapkan perkara-perkara yang bisa dijadikan sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Allah tidak menyerahkan begitu saja kepada hamba-hamba-Nya untuk menentukan perkara tersebut.
Satu-satunya kaidah untuk mengetahui bahwa suatu perkara itu bisa mendekatkan diri kepada Allah hanyalah dengan melihat keterangan dari Allah dan Rasul-Nya di dalam Al Qur’an ataupun As Sunnah. Tidak diperkenankan bagi siapapun, setinggi apapun derajat dia untuk menentukannya dengan akal pikiran, semangat ibadah, perasaan ataupun pengalaman religius semata. Tidaklah apa yang datang selain dari Allah dan Rasul-Nya melainkan pasti akan timbul pertentangan dan ikhtilaf. Allah berfirman :
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَو كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدُوا فِيْهِ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا
“Apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan datang dari sisi Allah tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya”. (An Nisaa’ : 82)
Tentang Rasul-Nya pun Allah beritakan:
وَ مَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحيٌ يُوْحَى
“Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (An Najm: 3)
16 Maret pukul 13:17 · Suka · 3
Ahmad Dimyathi S Ag ; Kaidah yang sangat penting ini hendaklah selalu dipegang oleh setiap muslim, yang bila dia menjalankan wasilah tersebut maka dia telah menunaikan sebuah amalan yang disebut tawasul. Kaidah ini semakin tampak jelas pentingnya tatkala tujuan tawasul itu sendiri adalah mendekatkan diri kepada Allah , berharap untuk mendapatkan balasan kebaikan, keridhoan, jannah-Nya dan dikabulkan do’a oleh-Nya . Nah, mustahil sekali seseorang dapat mengetahui perkara tertentu sebagai wasilah untuk mendapatkan kemulian yang agung disisi-Nya melainkan hanya dari Allah yang Maha Tahu dan Maha Kuasa atas segala apa yang ada di sisi-Nya.
Asy Syaikh Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah di dalam “At Tawassul Anwa’uhu wa Ahkamuhu” hal. 30 telah memberikan peringatan penting kepada kita berkaitan tentang kaidah ini. Beliau berkata: “Dan diantara hal yang perlu diperhatikan: Bahwa apa yang telah ditentukan untuk dapat menjadi wasilah kauniyah cukuplah dengan tidak adanya larangan dari syari’at. Adapun wasilah syar’iyah tidaklah cukup untuk ditentukan dengan tidak adanya larangan dari syariat sebagaimana yang dipahami banyak manusia. Akan tetapi wasilah syar’iyah harus ditentukan dengan keterangan syar’i tentang masyru’ dan sunnahnya wasilah tersebut.
Kemudian beliau membawakan ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang merupakan kaidah fiqhiyah terkenal :
الأَصْلُ فِي الْعِبَادَاتِ المَنْعُ إِلاَّ لِنَصٍّ وَفي الْعَادَاتِِ الإِبَاحَةُ إِلاَّ لِنَصٍّ
“Hukum asal ibadah itu dilarang kecuali kalau ada nash (dalil) yang membolehkannya. Adapun hukum asal adat kebiasaan itu adalah diperbolehkan kecuali kalau ada nash yang melarangnya”.
Maka ingatlah peringatan ini karena sangat penting untuk membantumu dalam mencari kebenaran yang diperselisihkan manusia”.
Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah di dalam “Al Qoulul Mufid” 1/162-163 memberikan kelengkapan kaidah tadi yang tidak kalah pentingnya bahwa penentuan sesuatu sebagai sebab (wasilah) yang sebenarnya bukan sebab yang Allah tentukan baik secara kauniyah maupun syar’iyah merupakan syirik kecil yang tidak menutup kemungkinan untuk kemudian terjerembab kedalam syirik besar. Wal ‘Iyadzu billah.
Perkara-perkara yang Allah dan Rasul-Nya telah tentukan sebagai wasilah yang seseorang diijinkan untuk bertawasul dengannya adalah sebagai berikut:
1. Tawasul kepada Allah dengan nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi. Hal ini Allah tegaskan dalam firman-Nya:
وَ ِللهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوْه بِهَا
“Dan hanya milik Allah nama-nama yang baik. Maka berdo’alah kalian dengan (wasilah) nama-nama tersebut”. (Al A’raaf : 180)
Asy Syaikh Abdurrahaman As Sa’di rahimahullah menafsirklan ayat ini dengan ucapan beliau: “Dan diantara kesempurnaan nama-nama Allah yang baik tersebut adalah tidaklah Dia diseru melainkan dengan (wasilah) nama-nama-Nya dan seruan (do’a) tersebut mencakup do’a ibadah dan do’a permintaan. Dia diseru di dalam setiap permintaan dengan nama yang sesuai dengan permintaan tersebut. Contohnya seseorang berdo’a: “Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Terimalah taubatku wahai Dzat yang Maha Memberi taubat. Berilah aku rizki wahai Dzat yang Maha Memberi rizki. Berilah kelembutan padaku wahai Dzat yang Maha Lembut dan lain-lain”.
Tidaklah diragukan bahwa sifat-sifat Allah yang tinggi juga termasuk di dalam wasilah tersebut karena nama-nama-Nya yang baik sekaligus mengandung sifat-sifat bagi-Nya. Terlebih lagi Rasululullah amalkan di dalam do’anya yang shohih :
اللهُمَّ بِعِلمِكَ الْغَيْبَ وَ قُدْرَتِكَ على الْخَلْقِ أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الحَيَاةَ خَيْرًا لي وَتَوَفَّنِي إَذَا كَانَتِ الوَفَاةُ خَيْرًا لي
“Ya Allah dengan ilmu-Mu tentang yang ghaib dan kekuasaan-Mu terhadap makhluk-Mu, hidupkanlah aku yang Engkau telah ketahui bahwa hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku”. ( H.R An Nasa’i dan Al Hakim serta dishohihkan Asy Syaikh Al Albani di dalam “Shohih An Nasa’i no. 1304).
Disini beliau bertawasul kepada Allah dengan wasilah dua sifat-Nya yaitu “Al Ilmu” dan “Al Qudrah” (kekuasaan).
16 Maret pukul 13:18 · Suka · 3
Ahmad Dimyathi S Ag : 2. Tawasul dengan amalan sholih yang pernah dilakukan seseorang yang bertawasul tersebut.
Jenis tawasul ini didasarkan sebuah hadits Muttafaqun ‘Alaihi dari Abdullah bin Umar ? tentang tiga orang dari kaum terdahulu yang terperangkap di sebuah gua karena tertutup batu besar. Salah satu diantara mereka bertawasul dengan amalan berbakti kepada kedua orang tuanya. Yang kedua bertawasul dengan terjaganya kehormatan dia dari perbuatan zina dan yang ketiga bertawasul dengan penunaian amanahnya. Hal itu mereka lakukan agar Allah menggeser batu tersebut. Akhirnya pun Allah kabulkan do’a mereka. Rasulullah mengkisahkan cerita panjang tentang ketiga orang tersebut diantaranya dalam rangka menetapkan dan memuji tawasul yang mereka lakukan walaupun hal itu terjadi pada masa sebelum diturunkannya syariat beliau .
3. Tawasul dengan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah tetapkan perkara ini di dalam firman-Nya :
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادَيًا يُنَادِي لِلإِيْمَانِ أَنْ آمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ كَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَ تَوَفَّنَا مَعَ الأَبْرَارِ
“Wahai Rabb kami sesungguhnya kami telah mendengar seruan orang yang menyeru (Muhammad ) kepada keimanan yaitu: “Berimanlah kalian kepada Rabb kalian”. Maka kami pun beriman. Wahai Rabb kami ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang baik”. (Ali Imran : 193)
Maka lihatlah mereka menyebutkan keimanan terlebih dahulu sebelum berdo’a ! Bahkan iman dan amalan sholih sendiri merupakan sebab dikabulkannya sebuah do’a sebagaimana firman Allah :
وَيَسْتَجِيْبُ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وِيَزِدْهُمْ من فَضْلِهِ
“Dan Dia memperkenankan do’a orang-orang yang beriman dan beramal sholih serta menambah balasan kebaikan kepada mereka dari keutamaan-Nya”. (Asy Syura :26). Demikian keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam “Al Qo’idah Al Jalilah” hal. 97 dan 241.
4. Tawasul dengan menyebutkan keadaannya yang sangat membutuhkan sesuatu kepada Allah .
Do’a Nabi Zakariya ? yang Allah kisahkan di dalam firman-Nya menunjukkan bolehnya perkara ini. Dia berfirman:
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
“Wahai Rabbku sesungguhnya tulangku telah melemah, rambutku telah ditumbuhi uban dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada-Mu, wahai Rabbku”. (Maryam : 4)
Kemudian beliau pun meminta kepada Allah untuk dianugerahi seorang putera yang sholih. Dan Allah pun mengabulkannya.
5. Tawasul dengan do’a orang yang sholih kepada Allah .
Tawasul jenis ini pernah dipraktekkan baik di jaman Nabi masih hidup maupun setelah sepeninggal beliau . Di dalam riwayat Muttafaqun ‘Alaihi dari hadits Anas bin Malik ? menceritakan tentang tawasul orang Arab Badui dengan do’a Nabi agar Allah menurunkan hujan ketika terjadi kekeringan dan menahan hujan ketika terjadi banjir. Maka Allah mengabulkan do’a beliau .
Demikian juga apa yang diriwayatkan Al Bukhori di dalam “Shohih”-nya dari Umar bin Al Khoththob ? bahwa beliau pernah bertawasul dengan do’a Abbas bin Abdul Muththolib ? agar Allah menurunkan hujan.
Di dalam tawasul jenis kelima ini terdapat satu kaidah yang sangat penting bahwa yang dijadikan sebagai wasilah adalah do’a seorang yang sholih. Sehingga kalaupun orang sholih tersebut tidak memanjatkan do’anya atau mendo’akan sesuatu yang tidak mungkin dikabulkan maka tentunya tidaklah mungkin untuk ditunaikan tawasul jenis ini. Walillahil Hamdu.
Penyebutan macam-macam tawasul yang diperbolehkan secara syariat ini apabila dipadukan dengan kaidah bahwa penentuan tawasul syar’iyah itu hanya dengan keterangan Al Qur’an dan As Sunnah maka mengeluarkan segala bentuk tawasul yang tidak termasuk di dalamnya, walaupun dengan berbagai dalih dan alasan.
16 Maret pukul 13:19 · Suka · 2
Ahmad Dimyathi S Ag : Tawasul dengan dzat dan kedudukan Nabi Muhammad SAW diperbolehkan berdasarkan dengan hadits :
تَوَسَّلُوا بِجَاهِي فَإِنَّ جَاهي عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ
“Bertawasullah kalian dengan kedudukanku karena sesungguhnya kedudukanku sangat agung di sisi Allah”.?
16 Maret pukul 13:23 · Suka · 2
Al Faqirah Ter Asing Aamiin
16 Maret pukul 13:42 · Suka · 1
Ahmad Dimyathi S Ag : Pengertian Tawassul
Tawassul adalah mengambil sarana/wasilah agar do’a atau ibadahnya dapat lebih diterima dan dikabulkan. Al-wasilah menurut bahasa berarti segala hal yang dapat menyampaikan dan mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah wasaa-il(An-Nihayah fil Gharibil Hadiit wal Atsar :v/185 Ibnul Atsir). Sedang menurut istilah syari’at, al-wasilah yang diperintahkan dalam al-Qur’an adalah segala hal yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah Ta’ala, yaitu berupa amal ketaatan yang disyariatkan. (Tafsir Ath-Thabari IV/567 dan Tafsir Ibnu Katsir III/103)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diti kepadaNya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.” (Qs.Al-Maidah:35)
Mengenai ayat diatas Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu berkata,”Makna wasilah dalam ayat tersebut adalah al-qurbah (peribadatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah).”
Demikian pula yang diriwayatkan dari Mujahid, Ibnu Wa’il, al-Hasan, ‘Abdullah bin Katsir, as-Suddi, Ibnu Zaid, dan yang lainnya. Qatadah berkata tentang makna ayat tersebut,”Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengerjakan amalan yang di ridhoi-Nya.” (Tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari IV/567 dan Tafsir Ibnu Katsir III/103).
Adapun tawassul (mendekatkan diri kepada Allah dengan cara tertentu) ada beberapa macam :
Pertama: Bertawassul dengan menyebut asma’ul husna yang sesuai dengan hajatnya ketika berdo’a. Allah Ta’ala berfirman,
“Hanya milik Allah-lah asma’ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma’ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjaan.” (Qs.Al-A’raf:180)
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda dalam do’anya,
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan seluruh nama-Mu, yang Engkau menamakan diriMu dengan nama-nama tersebut, atau yang telah Engkau ajarkan kepada salah seorang hambaMu, atau yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang masih tersimpan di sisi-Mu.” (HR.Ahmad :3712)
Kedua: Bertawassul dengan sifat-sifat Allah Ta’ala. Nabi shallallahu’alaihi wa sallambersabda dalam do’anya,
“Wahai Dzat Yag Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri, hanyadengan RahmatMu lah aku ber istighatsah, luruskanlah seluruh urusanku, dan janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata.” (HR. An-Nasa’i, Al-Bazzar dan Al-Hakim)
Ketiga: Bertawassul dengan amal shalih
Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab shahih muslim, sebuah riwayat yang mengisahkan tentang tiga orang yang terperangkap dalam gua. Lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalih mereka. Orang pertama bertawassul dengan amal shalihnya berupa memelihara hak buruh. Orang ke dua bertawassul dengan baktinya kepada kedua orang tuanya. Sedangkan orang ke tiga bertawassul dengan takutnya kepada Allah Ta’ala, sehingga menggagalkan perbuatan keji yang hendak dia lakukan. Akhirnya Allah Ta’ala membukakan pintu gua itu dari batu besar yang menghaanginya, hingga mereka bertiga pun akhirnya selamat. (HR.Muslim 7125)
Keempat: Bertawassul dengan meminta doanya orang shalih . Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa ada seorang buta yang datang menemui Rasulullahshallallahu’alaihi wa sallam.
Orang itu berkata, “Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah agar menyembuhkanku (sehingga aku bisa melihat kembali).”
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjawab, “Jika Engkau menghendaki aku akan berdoa untukmu. Dan jika engkau menghendaki, bersabar itu lebih baik bagimu.”
Orang tersebut tetap berkata,”Do’akanlah.”
Lalu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyuruhnya berwudhu secara sempurna lalu shalat dua raka’at, selanjutnya beliau menyuruhnya berdoa dengan mengatakan,
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku menghadap kepada-Mu bersama dengan nabi-Mu, Muhammad, seorang nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap bersamamu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar Dia memenuhi untukku. Ya Allah jadikanlah ia pelengkap bagi (doa)ku, dan jadikanlah aku pelengkap bagi (doa)nya.” Ia (perawi hadits) berkata,”Laki-laki itu kemudian melakukannya, sehingga dia sembuh.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi)
Kelima: Bertawassul dengan keimanannya kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu),’Berimanlah kamu kepada Tuhanmu’. Maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.” (Qs.Ali-Imran:193)
Keenam: Bertawassul dengan ketauhidannya kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنجِي الْمُؤْمِنِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan mempersemptnya (menyulitkannya). Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap,’bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak disebah) selain Engkau, maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.’ Maka Kami telah memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikian Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Qs.Al-Anbiya:87-88)
16 Maret pukul 16:57 · Telah disunting · Suka · 2
Ahmad Dimyathi S Ag Ketujuh : Tawassul dengan kedudukan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam atau kedudukan orang selain beliau.
Dalam shahih Bukhari terdapat hadits, “Dari Anas bin Malik, bahwasannya sayyidina Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu jika terjadi kekeringan, maka beliau berdo’a agar diturunkan hujan dengan bertawassul melalui perantaraan (do’a) Sayyidina Al-‘Abbas bin Abdul Muthallib. Sayyidina Umar berkata,’Ya Allah dahulu kami bertawassul dengan nabi SAW kami hingga Engkau menurunkan hujan kepada Kami. Dan sekarang kami bertawassul dengan paman nabi kami, maka turunkanlah hujan kepada kami’. Kemudian turunlah hujan.” (HR.Bukhari: 1010)
Maksud bertawassul dengan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah “Bertawassul dengan menyebut nama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam atau dengan kedudukannya : ............ Tawasul dengan dzat dan kedudukan Nabi Muhammad SAW diperbolehkan berdasarkan dengan hadits :
تَوَسَّلُوا بِجَاهِي فَإِنَّ جَاهي عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ
“Bertawasullah kalian dengan kedudukanku karena sesungguhnya kedudukanku sangat agung di sisi Allah”.? Maksudnya adalah bertawassul dengan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam boleh dilakukan walaupun Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah wafat.
16 Maret pukul 17:10 · Suka · 2
Bayi Merangkak : Ha ha ha...Mpun faham nopo dereng mbak ‪#‎Susanti‬...jo lali karo nekem batok yo olehe nela'ah penjelasan ‪#‎Abah_Dimyathi‬...nak keninge panas,damel rilex ngopi2 riyen,ko nak wis faham aku warahi alon2 yo...
‪#‎Abah‬...mnawi kepareng d singkat mawon jawabane,krsane kulo njeh faham.
16 Maret pukul 21:30 · Batal Suka · 3
Mas Pairin · 3 mutual friends
Masya allah allahu akbar
17 Maret pukul 4:29 · Batal Suka · 3
Umi Arsy Yaa Sayyidii Yaa RasulAlloh
Alfatihah
17 Maret pukul 5:02 · Batal Suka · 2
Bung Arief Setiawan · 2 mutual friends
17 Maret pukul 10:45 · Suka
Abdul Arif Maturnuwun teriring doa jazakumullohu khoiroti wasa'adatiddunya wal akhiroh...amin.
17 Maret pukul 21:54 · Suka · 2
Fuad Hasan · Berteman dengan Tamami Al Rasyid dan 2 others
hukum torekot tdk untk dan dijelaskan didunia maya.. krna hukum torekot untk yg sudah dibengat oleh guru, dan badal hanya perantara.. untk menjelaskan dan ngash tau cara didlm torekot, maaf sebelumnya karena didalam grup ini tdk semuanya sudah torekot, jika diamalkan oleh orang yg blm torekot tentang tawasul atw dzikir didlm torekot akan menjadi menyesatkan,, sing ati2. kecuali anda adalah mursid atw guru yg sudah dibolehkan untk membengat..
Kemarin pukul 0:07 · Suka
Suyuthi Kevin YAA SAYYIDI YAA R0SULALOH..
YAA AYYUHAL GHOUTS..
23 jam yang lalu · Suka · 1
Afanz Adzim YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH...
YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS...
21 jam yang lalu · Suka · 1
Wardasim Fiqri Fiqri YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS.. MAS Fuad Hasan wahidiyah bukan torikot wahidiyah amalan sholawat yg berfaedah mnjrnihkan hati & maqrifat billah warosullihi saw, tpi bleh di katakan torikot , jalan utuk menuju sampai sadar kpda Allah warosulihi saw, jdi klu pakdimyati mnjelaskah sah2 aja, krna orang mgira wHidiyah itu torikot jdi kmi jelaskan, biar tau.
19 jam yang lalu · Suka · 1
Wardasim Fiqri Fiqri Firman Sutiyono yg jdi PR BESAR & pertanyaan besar gmana mereka / kami yg di luar wahidiya ? Monggo di jelaskan...
Kang Bayi Merangkak
Kang Mohammad Pacul
Abah Ahmad Dimyathi S Ag mongo di jawab?
18 jam yang lalu · Suka
Firman Sutiyono maap maksudnya mereka atau kami yg di luar likup wahidiya? tentunya tidak memiliki guru pembimbing yg sempurna? lalu apa yg terjadi atau hukumnya? dan gimana amalanya di sisi tuhan. yg kedua gmn perjuangan wahidiyah sebagi al hak kepada umat muslim disedunia. sekali lagi maap aq yg bodoh ini bertanya?
18 jam yang lalu · Suka · 1
Fuad Hasan · Berteman dengan Tamami Al Rasyid dan 2 others
pak wardasim, sampean sampun dados mursid npo,,?
18 jam yang lalu · Suka
Umi Arsy Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts
Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts
Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts...Lihat Selengkapnya
17 jam yang lalu · Suka · 1
Wardasim Fiqri Fiqri Mas Fuad Hasan saya jdi murid saja belum sangop, blum bisa mnjalankan kewajiban sbg murid, smg senantiada mndpt jangkungan beliau guru kami,
13 jam yang lalu · Suka · 1
Wardasim Fiqri Fiqri Mengenai guru mursyid & seoran salik murid, sdah di postingkn di atas monggo di baca dg teliti,
13 jam yang lalu · Suka
Fuad Hasan · Berteman dengan Tamami Al Rasyid dan 2 others
pak wardasim asli mana,
9 jam yang lalu · Suka
Wardasim Fiqri Fiqri Saya asli Tuban, mas Fuad Hasan dari mana ?
7 jam yang lalu · Suka
Wardasim Fiqri Fiqri YAA SAYYIDII YAA ROMO KYAI RA..
PAK Firman Sutiyono gimana perjuangan wahidiyah sbg al hak kpd umat muslim sedunia ?
Jawab, setau saya perjuangan wahidiyah sgat menitik beratkan msalah perjuangan mulai zaman mualif sholawat wahidyah sampai skarang pengasuh perjuangan wahidiyah & pondok pesantren kedunglo al,munadhoroh beliau KANJENG ROMO KH, ABDUL LATIF MADJID RA, sering dawuh amalan shlawat wahdyah ini jgan di amalkan sendiri2 tpi harus di siarkan kpd masarakat luas, disini sdh jlas bhwa wahidiyh sgt mementingkan orang lain, mhon doaya pk firman, semoga saya yg sekarang ada di malaysia bsa brjuang myiarkan di malaysia sini, di mana kaki kta berpijak di mana tubh ini brgerak semoga di situ ada nafas perjuangan. Wahidiyah sadar bhwa di luar byk yg belum kenal wahidiyh, mka dari itu wahidyah menyusun dg rapi masalah apa saja baik di bidang dunia maupun akhirat,..Al imam sayyidina ALI KW, DAWUH .. Kebenaran yg tdak tersusun dg rapi dan baik akan di kalahkan dg kebatilan yg di susun dg baik, kurang lbhya mhon maf mongo di tambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar