Selasa, 17 Mei 2016

Catatan Kecil 148 : Al-Ghauts (Guru yang Kamil-mukamil) ; Peranan dan Kedudukannya di Tengah Umat.

YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
KISAH DAN PETUAH
Catatan Kecil 148 : "KESAKSIAN" SEBAGAI PERSONAL (PENGAMAL) APA YG KAMI KETAHUI, RASAKAN DAN ALAMI DALAM PERJUANGAN WAHIDIYAH :
Al-Ghauts (Guru yang Kamil-mukamil) :
Peranan dan Kedudukannya di Tengah Umat.
PERJUANGAN TAUHID: "Sesungguhnya ada sebagian ilmu yang diibaratkan permata yang terpendam. Tidak dapat mengetahuinya kecuali ulama Billah. Apabila mereka mengungkapkan ilmu tersebut, tidak seorangpun yang membantahnya, kecuali orang-orang yang tidak paham tentang Allah."(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi RA)
Banyak yang belum faham Peranan dan Kedudukannya di Tengah Umat Ghauts. Apa tugas-tugasnya, sejak kapan keberadaanya di tengah-tengah umat. Hal ini penting di bahas karena masih banyak kaum Muslimin khususnya Pengamal Wahidiyah yang salah mempresepsikan atau bahkan tidak tahu sama sekali keberadaan Ghauts di muka bumi. Ini bisa di maklumi mengingat pembahasan tentang Ghautsiyah tidak banyak beredar di tengah-tengah masyarakat.
Ghauts secara harfiah berarti penolong. Menurut ulama Tasawuf adalah pemimpin para waliyullah di muka bumi. Tugasnya adalah sebagai penuntun, pembimbing kepada keselamatan dan kebahagiaan yang di ridhoi Allah wa Rasulihi SAW. Istilah Ghauts banyak di bahas dalam dunia tasawuf. Ini menurut tinjauan kacamata tasawuf.
Sepeninggal Rasulullah SAW penggantinya adalah para Khulafaur Rasyidin yang sekaligus menjabat sebagai Quthubul Aqthab dan Ghauts di zaman itu. Siapa Ghauts pertama sepeninggal Khulafaur Rasyidin?
Dalam kitab Yawaqit juz II hal. 82 ada keterangan bahwa Ghauts pertama menurut para ulama tasawuf adalah Sayyidina Hasan RA. Setelah beliau wafat di ganti Sayyidina Husein RA. Dalam kurun lain Ghauts fii zamanihi Syekh Abdus Salam bin Masyisy RA. Setelah beliau wafat di ganti oleh Syekh Abul Hasan Asy Syazali RA, diteruskan oleh Syekh Abbul Abbas Al Mursi RA. Banyak kitab-kitab yang menerangkan kalau Al-Ghoutsu meninggal ganti- meninggal ganti, Syeh Abdul Qodir Jaelanai menggantikan gurunya yang telah wafat, Syeh Abdul Qodir Jaelanai wafat digantikan Putranya. Juga imam Naksabandi menggantikan gurunya (Syeh Amir Qulal), Syeh Amir Qulal menggantikan Ghouts sebelumnya Syeh Baba Asamasi. Begitu seterusnya.
Apakah para Ghauts itu mesti berdomisili di Timur Tengah, di Mekkah misalnya mengingat Ka’bah ada disana ?
Dalam kitab-kitab tasawuf tidak ada yang menerangkan bahwa Ghauts itu harus orang Timur Tengah apalagi di Mekkah. Contohnya Syekh Imam Ghazali dari Persia (Iran), Syekh Abdul Qadir Al Jaelani dari Baghdad (Irak).
Bagaimana proses pergantian dari Ghauts yang satu ke Ghauts berikutanya?
Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda dalam salah satu haditsnya yang artinya kurang lebih :
عَنْ عَبْدِالله بْنْ مَسْعُودٍرَضِيَ الله عنْه قال: قال رسول الله صل الله عليه وسلم: إِن للهِ عـزّوجلّ فِي الخَلْقِ ثَلا ثُمِائة قُلُو بُهُم على قَلْبِ أدم عليه السلام , وللهِ في الخَلْقِ أَرْبَعُونَ قُلُوبُهُمْ عَلَى قَلْبِ مُوسَي عليه السَلامُ , وَللهِ فِي الخَلْق سَبْعَةٌ قلو بُهُمْ على قَلْبِ إبْراهِيْمَ عَلَيْهِ وسلمَ, ولله في الخلق خَـمْسَةٌ قلو بُهُمْ على قَلْبِ جِبْرِيْل عَليه السَلاَمُ, ولله في الخَلْقِ ثَلاَثَةٌ قُلُو بُهُمْ على قَلْبِ مِيْكَائيل عَلَيْهِ السلام, ولله في الخلْقِ واحدٌ قَلْبُهُ عَلَى قَلبِ إسرَافيل عَلَيْهِ السلامُ, فإذَا مَات الوَاحِدأَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِنَ الثلاثَةِ, وَإِذَامَاتَ مِنَ الثَلاثَةِ أَبْدَلَ اللهُ مَكاَنَهُ مِنَ الخَمْسَةِ, وإذاماتَ مِنَ الخَمْسَةِ أَبْدَلَ اللهِ مَكَانَهُ مِنَ السَبْعَةِ, وَإِذَامَاتَ مِنَ السَبْعَةِ أَبْدَلَ الله مَكانَه مِن الآَرْبَعِيْنَ, وَإذامَاتَ مِن الآربعين أَبْدَلَ اللهُ مَكَانَهُ مِن الثلاثمائة, وإِذَامَاتَ مِنَ الثلا ثمائة أَبْدَل اللهُ مَكَانَهُ مِنَ العَامَّة فَبِهِمْ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَيُمْطَرُوَيُنْبُتُ وَيدْفَعُ البَلاَءُ عَنْ هَذِهِ الآُمَّةِ.
قِيْلَ لِعَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُود : كَيْفَ بِهِمْ يُحْيِي وَيُمِيْتُ؟ قال:ِلآَنَّهُمْ يَسْألَوُن َاللهَ إِكْثَارَالآُمَمِ فَيكثرُوْنَ وَيَدْعُوْنَ عَلَي الجَبَابِرَة ,فيقصمون, ويستسقون فَيَسْقَوْنَ وَيسْأَلُوْنَ فَتَنْبِتُ الأرضُ وَيَدْعُونَ فَيُدفَعُ بِهِمْ أنْوَاعُ البَلاءَِ
أخرجه إبونعيم وإبن عساكر
Dari Ibnu Mas’ud Ra. Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda :“Sesungguhnya, didalam ciptaan-Nya ini Allah memiliki 300 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Adam AS, 40 orang hamba yang hatinya sama dengan hati nabi Musa AS, 7 orang hamba yang hatinya sama dengan hati nabi Ibrahim AS, 5 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Jibril AS, 3 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Mika’il AS, dan 1 orang hamba yang hatinya sama dengan hati Isrofil AS. Apabila yang seorang itu meninggal, Allah segera menggantikan kedudukannnya itu dari yang tiga, dan apabila meninggal seseorang dari jumlah yang tiga, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang lima, apabila meninggal seseorang dari jumlah yang lima, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang tujuh, apabila mati seseorang dari jumlah yang tujuh, Allah segera menggantikannya dari jumlah yang empat puluh, apabila meninggal seseorang dari jumlah yang empat puluh, Allah akan menggantikannya dari jumlah yang tiga ratus, dan apabila meninggal seseorang dari jumlah yang tiga ratus, Allah segera menggantinya dari orang umum (biasa). Diantara mereka itu, terdapat orang yang menghidupkan dan mematikan, memberi hujan dan menumbuhkan, dan menolak bala“.
Tatkala seseorang bertanya kepada Ibnu Mas’ud, “bagaimana seseorang itu menghidupkan dan mematikan” ?. Sahabat ini menjawab : “mereka meminta kepada Allah untuk memperbanyak manusia, maka diperbanyaklah manusia itu, mereka meminta kehancuran orang-orang yang suka berbuat durhaka, maka hancurlah orang-orang itu, mereka meminta diturunkan hujan, maka turunlah hujan itu, mereka meminta agar bumi ditumbuhi tanam-tanaman, maka diperkenankanlah permintaannya. Mereka berdo’a dan dengan do’anya itu terhindarlah balak dan malapetaka”. HR. Abu Nuaim dan Ibnu Asakir.
Hadits diatas dimuat didalam banyak kitab, yang salah satunya adalah, kitab “Al Haawi lil Fataawi“ karangan Imam Jalaludin Abdur Rahman As-Suyuthi. Imam Al-Yaafi’i berkata : “bahwa yang dimaksud الواحد – hamba yang satu didalam hadits tersebut adalah القطب (Al-Quthbu) الغوث (al-Ghauts)”.
Pendapat ini banyak diterima oleh sebagian besar Ulama, terutama ulama tasawuf. Bagi mereka yang kurang sependapat, tentang hal tersebut silahkan, dan itu hak mereka. Yang penting ا لواحد (seorang hamba) yang disebut dalam hadits tersebut, benar adanya.
Berkenaan dengan hadits diatas, ba’dul ‘arifin (ulama tasawuf) mengatakan:
”Wali atau yang disebut dalam hadits ini ialah Wali Quthub dan dialah Ghauts.” (Syawahidul Haq: 197)
Sehubungan dengan hadits tersebut, Al-Ghauts fii Zamanihi Syeh Abdul Wahab as-Sya’rani RA menafsirkan:
”Apabila Al Qhutub Al Ghauts meninggal, dalam kekosongan ini Allah mengganti mengangkat Ghauts yang lain.” (Yawaqit juz II: 80).
Beliau juga mengatakan:
”Semua zaman tidak akan sepi dari Rasul dan dialah Al Quthub, dialah tempat melihat Allah Al Haq di alam ini.” Ditegaskan lagi dengan Qaulnya: ”Maka bumi ini tidak akan sepi dari Rasul yang hidup Ruhani dan jasadnya, sedang dialah pusatnya (kegiatan) alam insani untuk menuju hakikat dan makrifat billah.” (Yawaqit juz II: hal 80).
Beliau juga menegaskan lagi:
المُرِيْدُ ِإذَا مَاتَ شَيْخُهُ وَجَبَ عَلَيْهِ اِتِّخَاذُ شَيْخٍ أَخَرَ يُرَبِّيْهِ
Murid, ketika Syeh (guru rohani)-nya meninggal, wajib baginya mengambil (mencari) Syeh Pengganti untuk membimbingnya.
Syeh Abu Yazid Basthami Ra berfatwa :
مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ أُسْتَاذٌ فَإِمَامُهُ الشَيْطَانُ. وَقَالُوا : مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ الشَيْطَانُ
Barang siapa tidak memiliki guru ruhani, maka setanlah imamnya.
Dari sini jelas dan tegas bila Ghauts meninggal, Allah SWT akan mengangkat Ghauts yang lain.
Para pengamal Sholawat Wahidiyah dahulu sebelum meninggal Ghautsnya beliau Mualif Sholawat Wahidiyah sendiri yaitu Mbah KH. Abdul Madjid Ma’roef QS wa RA, sepeninggalan beliau Ghauts penerusnya adalah Hadratul Mukarrom Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA.
Dasarnya, banyak diantara pengamal yang di dawuhi oleh Mbah Yahi Mualif Shalawat Wahidiyah QS wa RA yang menyatakan bahwa Romo Yahi Abdul Latif adalah pengganti dan penerus Mbah Yahi Qs wa Ra.
Antara lain remaja dari Ngawi dan Pak Masykur Sekdes Dadapan Gampengrejo melaui mimpi. Keduanya di dawuhi oleh Mbah Yahi dengan redaksi yang hampir sama, Kowe meluwo anakku Kyai Abdul Laif, Pimpinan Umum Perjuangan Wahidiyah. Iku sing ono Lillah Billahe. (Kamu ikut anakku Kyai Abdul Latif saja, Pimpinan Umum Perjuangan Wahidiyah, itu yang ada Lillah Billahnya). Begitu dawuh Mbah Yahi QS wa RA kepada seorang remaja dari Ngawi.
Sedang untuk Pak Masykur Sekdes Dadapan, ketika dawuh Mbah Yahi sampai pada kata-kata Pimpinan Umum Perjuangan Wahidiyah, Pak Masykur menangis sambil nida’ Yaa Sayyidi Yaa Ayyuhal Ghauts berulang-ulang sampai Mbah Yahi menyuruhnya berhenti menangis, seraya beliau dawuh; wis-wis, saiki shalato makmumo kono.” (Sudah-sudah, sekarang kamu shalat dan makmum sana). Pada waktu itu yang menjadi Imam adalah Romo Yahi RA, badanya besar sekali tidak seperti biasanya.
Pengalaman KH. Nur Syaifulloh asal Bululawang, Malang selama menunaikan Ibadah Haji bersama rombongan dan Beliau Romo Yahi R.A. Pada hari ke 4 di Madinah. Sekitar jam 4 menjelang Subuh, beliau KH. Nur Syaifulloh mujahadah dekat Raudhah (tempat mustajabah antara maqom Rasulullah dan mimbar di dalam Masjid Nabawi) Saat mujahadah tersebut, dalam keadaan sadar beliau melihat beliau Rosululloh berdo’a yang artinya kurang lebih :
“Ya Allah, selamatkanlah orang-orang yang mengamalkan Sholawat Wahidiyah dan yang mengakui yang menjadi Ghoutsu Hadzazaman” Setelah dawuh begitu beliau Pak KH. Nur Syaifulloh membaca “Huwa Ghoutsu Hadzazaman” kanjeng Nabi menunjuk pada beliau Kanjeng Romo Yahi H. Abdul Latif Madjid R.A. yang berarti isyarat itu merupakan ta’kid dari ‘ala man’. Jadi yang dimaksud “ala man Huwa Ghoutsu Hadzazaman itu Beliau Kanjeng Romo Yahi R.A. Selesai itu beliau Pak KH. Nur Syaifulloh sadar seperti semula dalam keadaan Mujahadah.
Dan masih banyak pengamal lain yang di dawuhi Mbah Yahi Qs wa Ra dengan redaksi yang berbeda.
Apakah dawuh Mbah Yahi dalam mimpi itu Haq ?
Ya, Haq. Al ‘alamah As-Sufairi Al Halabi pengikut Madhzab Syafi’I RA mengatakan dalam Syarah bukhari:
”Sungguh sebagaimana syetan tidak mampu menyerupai Rasulullah SAW, begitu juga ia tidak mampu menyerupai Wali Kamil (Ghauts).” (Tanwirul Qulub: 520)
Apabila ada pengamal yang tidak atau kurang yakin bahwa Kanjeng Romo Yahi RA adalah Ghauts Penerus Mbah Yahi Qs wa Ra, bagaimana metode untuk mengetahui Ghautsu Hadzaz zaman?
Istikharahlah, dengan membaca Al Fatihah 1000x, memperbanyak “Yaa Ayyuhal Ghautsu Salaamullah alaika robbi nii bi-idnillah wandur ilayya sayyidii binadhroh muushilatil lil hadlrotil ‘aliyah” Dan ”Yaa Sayyidi Yaa Ayyuhal Ghauts.” Di perbanyak tiap malam sampai ketemu dengan Ghautsu Hadzazzaman, diniatkan selama 40 malam. Dengan catatan jangan sampai di setir oleh nafsu, harus ikhlas dan niat akan mengikutinya. Sebab pada zaman Mbah Yahi QS wa RA ada orang yang bertanya pada beliau:
”Sekarang ini sudah zaman Imam Mahdi apa belum?” Mbah Yahi menjawab: Belum, coba kamu istikharah dengan membaca Al Fatihah 1000x.” Lain hari orang tersebut sowan dan mengatakan: ”Saya ketemu Imam Mahdi, saya diberi tahu bahwa Ghautsnya Panjenengan Yahi.” Tetapi sayang seribu sayang karena tujuanya hanya ingin tahu saja, setelah tahu hanya cukup tahu, tidak taslim, tidak nderek Mah Yahi QS wa RA, tidak menjadi Pengamal Wahidiyah.
Saran untuk semua Pengamal Wahidiyah?
Di sarankan bagi pengamal yang belum atau kurang yakin atau tidak yakin bahwa beliau Kanjeng Romo Pengasuh Perjuangan Wahidiyah sebagai Ghauts Hadzaz Zaman Ra, agar mencari sampai ketemu, sebagaimana telah dituntunkan oleh Mbah Yahi Qs wa Ra.
Sumber:
Majalah Aham edisi 17/Ramadhan 1419H/Desember 1998M.
Majalah Aham edisi 57/Muharram 1426H
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
5 komentar
Komentar
Ayahe Tajul Tanggel Prapto ahir 2008 aku mengenal solawat wahidyah,krn mendngr,ulasan goust.lalu kuriyadohi.Alhamdulilah... yaa sayidi yaa kanjeng Romoyahi ra.
Ronggo Wong torikoh.g ngerti ghous..,ngertine wali kutub..syheh abdul qodir ra..tok..
Ahmad Dimyathi USUL YG BAIK..., GMN PENDAPAT YG LAIN.....?.
Ronggo Maksudnya ghoust cma ada di mekah to pie brow..,klu sy ghost ada di hati...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar