Kamis, 22 Mei 2014

0082.01.317 MAHABBAH

  1. YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
    I. 01.317 - "BAHASAN UTAMA - KULIAH WAHIDIYAH"
    0082.01.317 -  masail wahidiyah - 13. mahabbah

    MAHABBAH

    Mahabbah atau cinta, yang dimaksud di sini adalah cinta kepada Alloh wa Rosuulihi SAW cinta kepada Anbiyaa wal Mursaliin wal Malaikatul Muqorrobiin ‘alaihimus-sholaatu wassalam, cinta kepada para keluarga dan para Shahabat Beliau dan kepada para Auliya kekasih Alloh Rodiyallohu Ta’ala ‘anhum, cinta kepada para Ulama, kepada pemimpin, kepada orang tua dan keluarga dan seterusnya, umumnya kepada segenap kaum mukminin, mukminat, mislimin, muslimat dan kepada segala makhluq ciptaan Alloh pada umumnya.

    Cinta kepada Kholiq, harus cinta juga kepada makhluq ciptaan-Nya. Akan tetapi cinta kepada Kholiq sudah barang tentu harus tidak sama dengan cinta kepada makhluq-NYA. Dalam prinsipnya segala makhluq berupa dan berbentuk apa saja dan bagaimanapun juga wujudnya, kita harus cinta. Kita cintai karena ia adalah ciptaan Alloh. Sekalipun berupa sesuatu yang menjijikkan, atau menakutkan. Sekalipun berupa maksiat atau munkarot sekalipun, atas pengertian bahwa itu semua ciptaan Alloh, kita harus cinta. Akan tetapi, disamping cinta, kita diperintah supaya menjauhkan diri dan tidak menyukai maksiat dan munkarot. Jadi pandangan harus dobel. Disamping cinta atau senang, harus pula tidak senang, harus menjauhkan diri daripadanya. Kita senang terhadap dzatiyahnya maksiat dan mungkarot mengingat itu adalah ciptaan Alloh yang kita cintai. Tetapi kita harus tidak senang dan harus menghindarkan diri dari perbuatan maksiat dan munkarot karena memang diperintah begitu oleh Alloh.

    Jadi kita senang atau cinta kepada dzatiyah-nya maksiat dan munkarot karena sama-sama ciptaan Alloh, dan kita harus tidak senang (menjauhi) perbuatan maksiat dan munkarot karena dilarang melakukannya. Hanya senang dan cinta saja kepada maksiat dan munkarot, tidak membenci dan menjauhi, berarti melanggar perintah. Dan hanya membenci saja, tidak ada rasa senang sebagai itu makhluq, berarti melukai kepada makhluq. Melukai atau lebih-lebih menghina makhluq, berarti juga melukai kepada Kholiq / penciptanya.

    Ada suatu hikayah, pernah terjadi, ada salah seorang Nabi ‘ala Nabiyinaa wa’alaihis-sholaatu wassalaam pada suatu ketika melihat seekor anjing yang (maaf) bermata empat dan menjijikkan. Nabi tersebut (maaf) berkata dalam hatinya: “anjing kok bermata empat menjijikkan sekali”.Tak terduga-duga anjing tersebut menjawab : ”Tuan mencaci saya, jijik terhadap diri saya, itu sama saja mencaci yang menciptakan saya”. Nabi tersebut menjadi terkejut dan spontan lalu bertaubat dengan memohon ampun kepada Alloh.

    Cinta atau senang maupun benci atau tidak senang itu harus didasari LILLAH BILLAH. Jika tidak dijiwai LILLAH BILLAH, otomatis dasarnya adalah nafsu LINNAFSI BINNAFSI. Dan jika Linnafsi Binnafsi pasti ada pamrih untuk kesenangan nafsu. Cintanya cinta gadungan, cinta palsu, tidak mulus, tidak murni, bukan cinta sejati. Cinta sebab ada udang di balik batu. Ini membahayakan. Jika apa yang menjadi daya tarik cinta itu hilang atau tidak kelihatan, menjadi tidak cinta lagi. Begitu juga benci atau tidak senang harus dijiwai LILLAH BILLAH Jika tidak, berarti hanya menuruti kemauan nafsu, bukan dasar menjalankan perintah.
    Seperti keterangan di atas, cinta kepada makhluq harus tidak sama cinta kepada Kholiq. Cinta kepada makhluq haruslah hanya sebagai realisasi atau pelakanaan cinta kepada Kholiq. Atau sebagai manivestasi atau cetusan rasa cinta kepada Kholiq. Jangan sampai memadu antara cinta kepada Kholiq dan cinta kepada makhluq. Berbahaya sekali. Lebih-lebih jangan sampai cinta makhluq sampai mengalahkan cintanya kepada Kholiq.

    Alloh telah berfirman:

    قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيْلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ ( 9- التو بة 24 )

    Artinya kurang lebih:
    “Katakanlah (wahai Muhammad ), jika bapak-bapak kamu sekalian, anak-anak kamu sekalian, saudara-saudara kamu sekalian, suami / istri kamu sekalian, keluarga kamu sekalian, harta benda yang kamu sekalian kumpulkan, per-niagaan yang kamu sekalian takut menderita rugi dan rumah tempat tinggal yang kamu sekalian senangi, jika semua itu lebih kamu cintai daripada ِAlloh wa Rosuulihi e dan dari pada berjuang di jalan-Nya, maka bersiap-siaplah sampai Alloh menurunkan perintah penyiksaan-NYA dan Alloh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (9-At_Taubah-24).

    Mari kita renungkan dan koreksi diri kita masing-masing. Dan mari senantiasa berusaha meningkatkan mahabbah kepada Alloh wa Rosuulihi SAW
    Rasululloh, SAW bersabda :

    لاَ يـُؤْ مِنُ أَحَـــدُكُـمْ حَـتَّى أَكُــوْنَ أَحَــبَّ إِلَـيْـهِ مِــنْ نـَفْـسِهِ وَمَـالِـــهِ وَالـنَّاسِ أَجْـمَـعِـــيْنَ . (رواه البخاري ومسلم وأحمد والتر مذي وابن ماجه عن انس y)

    Artinya kurang lebih :
    “Tidaklah sempurna iman salah satu dari kamu sekalian sehingga Aku lebih dicintai dari pada dirinya sendiri, hartanya dan manusia semuanya”. (Riwayatbukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Anas).

    Jadi cinta kita kepada badan kita sendiri, kepada orang tua, kepada suami, istri, kepada keluarga dan lain-lain itu seharusnya hanya sebagai pelaksanaan atau cetusan rasa cinta kita kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Ini dapat timbul dari hati yang senantiasa menerapkan LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL dan LILGHOUTS BILGHOUTS dan rajin melakukan Mujahadah Wahidiyah serta memperbanyak tafakkur. Tafakkur di dalam ke-Agungan Alloh, takkafur kepada kebesaran, kemuliaan / keluhuran budi Rasulullah SAW, dan takkafur tentang keindahan-keindahan yang terdapat pada segenap makhluq Alloh.

    Mahabbatullah dapat bertambah mendalam dan bertambah murni dengan mahabbatur-Rosul SAW dan mahabbatur-Rosul SAW dapat men-jadi subur antar lain dengan memperbanyak berangan-angan atau mengingat Rosullullah SAW di mana saja kita berada, dan memperbanyak membaca sholawat khususnya Sholawat Wahidiyah serta memperbaiki dan meningkatkan hubungan batin dengan Ghoutsu Haadzaz-Zaman Rodliyallohu Ta’ala ‘anhum. Antara lain, mempraktekkan “Haqiqotul Mutaaba’ati Rukyatul Matbu’ ‘inda Kulli Syaiin” seperti sudah kita bahas pada bab “At-Ta’alluq Biijanaabihi e di muka.

    Bersabda Rosullullah SAW :

    مـَـنْ أَحَـبَّ شَـيْئاً أَكْــثَرَ مِــنْ ذِكْـــــرِهِ (رواه الد يلمي عن عا ئشة)

    “Barang siapa mencintai sesuatu, dia banyak menyebut / mengingat sesuatu itu”. (Riwayat Dailami dari Aisyah R.A)

    أَلاَ لاَ إِيـْمَـانَ لِـمَـنْ لاَ مَحَـبَّـةَ لَـهُ , لاَ إِيـْمَـانَ لِـمَـنْ لاَ مَـحَـبَّـةَ لَـــهُ ( الصا وي الثـا لث : 41 )

    “Perhatikanlah, tidak disebut beriman orang yang tidak
    mempunyai rasa cinta…( Showi juz 3 halaman 41 )

    Jadi mahabbatulloh dan mahabbatur-Rosul SAW itu merupakan pakunya iman. Iman tanpa mahabbah adalah iman yang goyah, tidak mantap. Hanya bagaikan plakat tempelan yang mudah luntur, mudah lapuk dan mudah mreteli.(lepas).
    Pengakuan iman dan mahabbah tidak cukup hanya dengan pernyataan lisan saja. Harus menjadi keyataan yang meresap ke dalam, tembus di dalam hati dan buahnya dapat dilihat pada ahwal lahir. Ahwal atau tindakan lahir baik yang hubungan di dalam masyarakat maupun yang hubungan kepada Alloh dan kepada Rasululloh SAW. Mengaku cinta Alloh wa Rosulihi SAW tetapi tidak ada kenyataan yang dapat dilihat pada haliyah lahir, jelas suatu pengakuan palsu dan pura-pura. Berat sekali akibatnya di akhirat kelak.

    لَيـْسَ فِي الْـجَنَّـةِ نـَعِـيْمٌ أَعْـلَى مِنْ نـَـعِــيْمِ أَهْـلِ الْـمَحَـبَّـةِ وَ الْـمَــعْـرِفَــةِ وَلاَ فِي جَهَـنَّـمَ عَـذَابٌ أَشَـدُّ مِــنْ عَـــــذَابِ مَـــنِ ادَّعَــى الْــمَــحَـــبَّةَ وَ الْـمَـعْرِفَـةَ وَ لَـمْ يَـتَحَــقَّـقْ بـِشَيْئٍ مِـــنْ ذَلِـك
    ( سـراج الــطـالـبـين)

    (Di surga tidak ada kenikmatan yang lebih tinggi dari pada kenikmatan orang-orang ahli mahabbah dan ma’rifat, dan di neraka tidak ada siksa yang lebih dahsyat lebih mengerikan dari pada siksanya orang yang mengaku mahabbah dan ma’rifat tetapi tidak ada kenyataannya). (disebut di dalam kitap Sirojut Tholibin).

    Seseorang jika sungguh-sungguh mahabbatulloh dan mahabbatur-Rosul SAW mestinya lebih senang menjalankan apa saja yang diperintahkan oleh Alloh wa Rosuulihi SAW, dan menjauhi apa saja yang dilarangnya. Amal ibadahnya sungguh-sungguh ikhlas tanpa pamrih, demi untuk mahbub (yang dicintai). Senantiasa LILLAH dan LIRROSUL ! Ia selalu ingat kepada mahbub (yang dicintai) dalam keadaan bagaimanapun juga. Ketika mengalami musibah hidup yang bagaiman saja, ia tetap sabar, ridho dan gembira oleh karena yang menguji adalah Mahbub (Alloh yang dicintainya).

    Adapun yang hubungan di dalam masyarakat, dengan sesama makluq pada umumnya dia senantiasa takholluq biahklaaqi mahbuubihi (berbudi pekerti meniru budi pekerti Alloh Wa Rosuulihi SAW. Seperti kasih sayang dan senang terhadap apa saja yang dikasihi mahbubnya. Bersikap rouf rohim, senang memberi pertolongan kepada siapa saja. Tindak lakunya selalu menyenangkan dan membuahkan manfaat bagi masyarakat. Tidak menonjolkan diri, selalu tawadhu’ dan ramah tamah. Akan tetapi dimana perlu bertindak tegas patriotic dan heroik bersikap pahlawan di dalam membela kebenaran dan keadilan yang dikehendaki oleh mahbub-nya yakni Alloh I wa Rosulihi SAW. ” Yajtahidu fil sabiilillah” bersungguh-sungguh di jalan Alloh. Tidak sayang mencurahkan tenaga, harta dan apa saja yang dimilikinya demi buat yang dicintai.

    Diantara tanda-tandanya cinta secara umum adalah sifat “cemburu”. Cemburu terhadap orang lain yang ikut mencintai mahbubnya. Ini tanda-tanda cinta antar sesama manusia. Akan tetapi cinta kepada Alloh wa Rosuulihi SAW justru sebaliknya dari itu. Ya cemburu, kuatir dan resah hatinya melihat orang lain yang tidak cinta kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Maka ia berusaha agar orang lain ikut mencinta kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Kalau perlu dengan segala pengorbanan. Apa yang ada pada dirinya dicurahkan demi agar orang lain ikut mencinta kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.
    Mahabbah atau cinta itu ada tingkat-tingkat ukuran dan kualitasnya.

    1). Mahabbah Sifatiyah,
    2). Mahabbah Fi’liyyah,
    3). Mahabbah Dzatiyyah.

    MAHABBAH SIFATIYAH.

    Cinta karena tertarik kepada sifat-sifat dari yang dicintai-nya. Gagah, cantik, simpatik, lincah, pandai dan sebagainya. Cinta semacam ini mudah berubah dan mudah kena pengaruh. Jika sifat-sifat yang menjadi daya tarik itu hilang atau berubah atau tidak kelihatan, maka cintanyapun berubah bahkan bisa hilang sama sekali. Bahkan mungkin bisa menjadi kebencian.

    MAHABBAH FI’LIYAH
    Cinta karena tertarik pekerjaan, jabatan atau kekayaan orang yang dicintai. Cinta semacam ini juga tidak wantek, mudah berubah seperti halnya mahabbah sifatiyah.

    Yang wantek adalah :

    MAHABBAH DZATIYAH
    Cinta terhadap dzat atau wujudnya yang dicintai, bagai-mana pun keadaan dan rupa serta bentuknya. Inilah cinta sejati.

    Mahabbatulloh wa mahabbatur-Rosul SAW, seharusnya terkumpulnya ketiga macam cinta tersebut. Yakni mahabbah sifatiyah, mahabbah fi’liyah, dan mahabbah dzatiyah. Dan ini dapat ditumbuhkan di dalam hati dengan melatih hati, memperbanyak tafakkur dan melaksanakan Mujahadah Wahidiyah dengan sungguh-sungguh dan sesuai dengan bimbingan Muallifnya.. Tafakkur-berfikir terhadap sifat
    JAMAL, sifat JALAL dan sifat KAMAL Alloh I. Berfikir tentang keluhuran budi dan kemuliaan Rasulullah e, dan terhadap jasa-jasa Beliau e yang tidak bisa kita gambarkan besar dan agungnya itu.
    Di antara melatih mahabbah yaitu seperti kata orang Jawa mengatakan “Witing trisno jalaran soko kulino” (asal mula datangnya cinta itu dari kebiasaan) Ini diterapkan sebagai latihan hati. Melihat bekasnya (Jawa-labet) mahbub, kelihatan orangnya. Melihat pakaiannya, kelihatan orangnya. Mendengar suaranya, kelihatan orangnya dan seterusnya.
    Begitu itu kita terapkan untuk melatih hati kita cinta kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Segala makhluq ini adalah milik Alloh dan dari Jiwa Rosululloh SAW. Maka ketika melihat, mendengar, merasa sesuatu seharusnya langsung ingat kepada Alloh wa Rosuulihi SAW. Dengan melatih hati seperti itu dalam menghadapi segasla sesuatu, Insya Alloh lama-kelamaan akan tumbuh dalam hati tunas-tunas mahabbatullah wamahabbatur Rosul SAW. Sehingga betul-betul lebur / tenggelam di dalam mahbub. Dikatakan :

    الْـمَحَـبَّةُ أَنْ تـَهَـبَ كُــلَّـكَ فِي الْـمَـحْـبُــــوْب ِ (قاله صاحب الصلوات الواحدية)

    “Cinta yang sejati yaitu apabila engkau menjadi lebur ke dalam yang engkau cintai” (Muallif Shalawat Wahidiyah).

    Di dalam kitab syarah Al Hakim Ibnu ‘Ibal juz II , hal 63 dikatakan
    :
    حَـقِـيْـقَـــةُ الْـمَحَـبَّةِ أَنْ تـَـهَـبَ كُلَّـكَ لِـمَــنْ أَحْـبَـبْـتـَهُ
    حَـتَّى لاَ يـَبْـقَى لَـكَ مِـنْـكَ شَيْئٌ ( ابـن عباد الثاني: 63)

    “Hakikat cinta adalah sekiranya engkau meleburkan seluruh dirimu demi untuk orang yang engkau cintai sehingga tidak ada sesuatupun dari engkau yang tertinggal untuk dirimu sendiri”.

    جَـعَـلَـنَا اللهُ وَإِيــَّاكُـمْ مِنَ الَّــذِيـْنَ يـُحِــبُّـوْنَ الله وَرَسُـوْلُـه e
    وَيـُحِـبُّـهُـمُ الله وَرَسُـــوْلُـه SAW آمِـــيـْن . يَا رَبَّ الْـعَـالَـمِـــيْن.
    Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mencintai dan dicintai oleh Alloh wa Rosuulihi SAW. Amin!.

    إِلـــهِـي لَـسْتُ أَهْـلاً لِلـشُّــهُـوْدِ
    *
    وَلاَ أَقْــوَى عَـلَى نـَارِ الْـبـِعـَــادِ
    فـَهَـبْ لِي رَحْـمَـةَ رَبِّي إِلـهِــي
    *
    فَـعِـنْـدَكَ كُــنْ لِـتـَأْهِـيْـلِ الْعِبَادِ
    بـِجَـاهِ الْـمُـصْـطَـفى خَـيْرِ اْلأَ نـَامِ
    *
    عـَلَـيْهِ صَـلِّ سَـلِّـمِ بِازْدِ يـَـادِ

    Terjemah:
    Yaa Ilaahii, aku bukanlah orang yang ahli syuhud kepada MU, tetapi aku tiada tahan berada di neraka-jauh dari-MU.
    Maka limpahkanlah rahmat-kasih-MU kepadaku, duhai Tuhan-ku yaa Ilaahii, dan jadikanlah aku orang yang ahli ibadah di sisi-MU.
    Dengan keagungan Nabi yang terpilih sebagai manusia terbaik (SAW) limpahkanlah shalawat salam kepada Beliau yang berlipat-lipat.
  2. YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
    Menggapai Ma'rifat dan Mensucikan Hati Dengan Sholawat Wahidiyah
    KISAH DAN PETUAH

    Copas:
    Pendeta Masuk Islam Setelah Mengamalkan Tawassul 
    (Mengamalkan ”Yaa Sayyidii Yaa Rasulallah”)
    Written by Tim Sarkub (09/02/2012)

    Suatu hari, menjelang dilaksanakannya ujian akhir nasional, beberapa anak murid sebuah SMA Katholik di kota Malang mendatangi kediaman Kyai Thawaf. Mereka bermaksud minta doa untuk menghadapi ujian akhir, agar diberi kemudahan dalam mengerjakan soal-soal sehingga lulus dengan nilai baik.

    Kedatangan murid-murid sekolah Katholik itu suatu hal biasa buat pak kyai, karena beliau memang terbiasa membantu tetangga sekitarnya. Maka mereka pun diterima dan dilayani sebagaimana mestinya. Setelah mendengar maksud kedatangan mereka, pak kiai pun memberikan bacaan tertentu yang harus diamalkan sesuai bilangan tertentu sampai datangnya waktu ujian. Yaitu ”Ya Sayyidi Ya Rasulullah”, maknanya, “Wahai tuanku, wahai Rasulullah.”

    Kalimat itu adalah permohonan kepada Rasulullah SAW, seorang yang diyakini sebagai hamba yang istimewa di hadapan Allah SWT, agar beliau SAW menyampaikan hajat yang diinginkan ke hadhirat Allah, Tuhan Yang Maha Berkehendak. Ini adalah salah satu cara dalam berdoa, yang di dalam agama dikenal dengan istilah tawassul. Dalam hal ini, Rasulullah SAW diyakini sebagai wasilah atau perantara untuk menyampaikan hajat di sisi Allah SWT, bukan diyakini sebagai pihak yang menentukan terkabulnya atau terwujudnya hajat tersebut.

    Merasa sangat membutuhkan, para siswa itu pun memperhatikan perintah itu dengan seksama dan menjalankannya dengan penuh keyakinan. Ketika ujian tiba, para siswa SMA Katholik tersebut dapat mengerjakan soal ujian dengan baik, termasuk dalam mata ujian yang selama itu selalu jadi momok bagi mereka, dan akhirnya mereka lulus dengan nilai baik.

    Hal ini tentu saja membuat guru dan pendeta yang membimbing mereka merasa heran dan penasaran. Yang menjadikan mereka penasaran, jawaban murid-murid mereka itu hampir mirip semua, termasuk pelajaran yang mereka anggap sulit. Padahal ketika mereka mengikuti ujian tersebut, penjagaan sangat ketat, sehingga tidak memungkinkan terjadinya kerja sama dalam mengerjakan soal-soal ujian. Namun, mereka tidak tahu ke mana dan kepada siapa mencari tahunya.

    Hingga pada malam harinya salah seorang pendeta yang mengasuh siswa-siswa itu bermimpi didatangi seseorang yang mengenakan jubah serba putih. Pendeta bertanya kepada tamu yang asing baginya itu, “Mengapa para siswa di sekolah saya dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan baik dan dengan jawaban yang hampir mirip. Padahal ujian tersebut mendapat penjagaan ketat?”

    “Tanyakan saja kepada Kiai Thawaf,” jawab tamunya yang berjubah putih itu. Setelah itu tamunya menghilang dan sang pendeta terbangun.

    Esoknya pendeta itu berusaha mencari tahu Kiai Thawaf sesuai dengan petunjuk yetng diterimanya dalam mimpi. Tidak sulit untuk mencari sang kiai, karena dia tokoh terkenal di kota Malang.

    Lalu keduanya pun bertemu dan berdialog. Dan tidak lupa sang pendeta bercerita soal mimpinya dan rasa penasaran terhadap para siswa yang ikut ujian.

    Kiai Thawaf menjawab singkat, “Mereka mengamalkan bacaan-bacaan shalawat tertentu, yaitu amalan yang biasa diamalkan para pengikut Tarekat Wahidiyah, yakni bacaan Ya Sayyidi Ya Rasulullah.”

    Sang pendeta merasa heran dengan jawaban itu. Hanya dengan membaca bacaan sederhana itu, para muridnya dapat mengatasi masalah ujian mereka. Dia tidak percaya begitu saja. Tapi buktinya, sukses telah diraih para muridnya.

    Memikirkan kejadian irasional itu membuat sang pendeta berkeinginan pula mengamalkan bacaan tersebut. la pun minta izin kepada pak kiai. Meski pendeta itu beragama Katholik, Kiai Thawaf mengizinkan untuk membaca sebanyak-banyaknya. Kiai Thawaf juga menerangkan kepada tamunya bahwa bacaan itu adalah amalan yang diijasahkan oleh K.H. Abdul Majid Ma’ruf, Kedunglo, Kediri, pimpinan Tarekat Wahidiyah.

    Beberapa hari kemudian, setelah mengamalkan bacaan tersebut, sang pendeta minta kesediaan Kiai Thawaf untuk mengantarkan dirinya sowan kepada Kiai Abdul Majid Ma’ruf di kediamannya. Kiai Thawaf tidak menolak niat tersebut. Maka, berdua mereka pergi ke Kedunglo, yang jaraknya dari Malang tidak terlalu jauh.

    Begitu bertemu dengan Kiai Abdul Majid Ma’ruf, pak pendeta menjadi kaget. Ternyata kiai berjubah putih yang ditemui saat mimpi tidak lain adalah K.H. Abdul Majid Ma’ruf, pemimpin Tarekat Wahidiyah.

    Pendeta itu kemudian mengutarakan maksudnya sowan kepada pak kiai, termasuk pengalamannya dalam mimpi. Namun yang paling penting, tanpa pikir panjang lagi, dia kemudian minta dibai’at menjadi muslim kepada Kiai Ma’ruf.

    “Kalung salib ini akan kulepaskan,” kata sang pendeta sambil berusaha menanggalkan kalung yang melilit di lehemya.

    “Tidak usah,” kata Kiai Ma’ruf dengan nada datar. “Biar untuk kenang-kenangan.” Maka, Kiai Ma’ruf pun menerima ikrar pendeta itu masuk Islam.

    K.H. Abdul Majid Ma’ruf adalah pendiri Amalan Sholawat Wahidiyah di Kediri yang banyak pengikutnya. la lahir pada 1920 dan wafat pada 7 Maret 1989 (29 Rajab 1409) di Kedunglo, Kediri, Jawa Timur. Ia sangat disegani dan dihormati oleh pengikutnya.

    Simak di: http://www.sarkub.com/2012/pendeta-yang-masuk-islam-setelah-bertawassul/#ixzz30kdhjJV5
    Powered by Menyansoft
    Follow us: @T_sarkubiyah on Twitter | Sarkub.Center on Facebook
    31Suka · · Bagikan
    Ahmad Rayhan Hr, Bocah Bejhat, Ayoe Dewata dan 139 lainnya menyukai ini.

    Sarwo Sosro Wibowo ALLOHU AKBAR
    4 Mei pukul 20:29 · Suka · 1

    Muhammad Ar Rozaq Subhanallah. . .
    Sungguh inda pengalaman hati. .
    4 Mei pukul 20:42 · Suka · 1

    Winarti Awina Subhanallah
    4 Mei pukul 20:42 · Suka · 1

    Putra Raden Sahid Subhanallah
    4 Mei pukul 20:53 · Suka · 1

    Jihadun Nafsi Yasayidiyarosulalah
    4 Mei pukul 20:53 · Suka · 1

    Ryd Pws subhanallah
    4 Mei pukul 21:55 · Suka · 1

    Susanthy Rosita kasihan bgt tuh Pdt...
    4 Mei pukul 22:24 · Suka · 1

    Suriah Nia Putri Alhamdulillah...subhannallah
    4 Mei pukul 22:38 · Suka · 2

    Yuni Annisak subhanallah.... hidayah dari Allah.
    5 Mei pukul 3:36 · Suka

    Hari Panca alhamdulillah..yaa Alloh..yaa sayyidi yaa rosuululloh.
    5 Mei pukul 4:23 · Suka

    Ali Purnairawan FAFFIRUUU....ILALLALOOOHHH....!!!!
    5 Mei pukul 8:49 · Suka

    Ahmad Sofwan Asauri subhaanAllah...
    yaa sayyidii yaa RosuulAllah..
    5 Mei pukul 9:59 · Suka

    Suhamdi Andi alhamdulillah...hidayah datang nya dari mana aja!
    5 Mei pukul 13:41 · Suka

    Agus Komando Assyifa Alhamdulillah...
    5 Mei pukul 15:05 · Suka

    Anang Pancawarna tarikat murah meriah,untuk segala usia untuk semua urusan.Allahumma sholliAllah muhammad.
    5 Mei pukul 18:39 · Suka

    Sang Pengembara Semoga yang Maha Agoeng menyoeci'kan badan,,oecap,,hati,,rasa,,awal dan akhir.. __/\__ Mahayoenan Ayoena Kadatoean..
    5 Mei pukul 21:43 · Suka

    Arfan AliyudinsiiBan min hrus bsa dibuktikan nolak fitnah
    ajaran islam yg kita cintai
    5 Mei pukul 23:22 · Suka

    Aggrek Jingga subhanalloh......
    6 Mei pukul 19:29 · Suka

    Sarimin Sag Tolong pd admin, saya ingin tau keberadaan P. Muhammad Ainul yaqin, 18 th yg lalu dia mengembara di makam wali2, saya ktm di makam Syeh Jangkung landoh kayen Pati. Dia jg mengamalkax sholawat wahidiyah , berasal dari kediri.
    8 Mei pukul 12:31 · Suka

    Alin Fitriyani Na'Pipi Allahu akbar. .
    Lihat Terjemahan
    8 Mei pukul 16:57 · Suka

    Anika Rahmah Subhanallah...
    12 Mei pukul 5:29 · Suka

    Rekso Upo Mohon ceritanya disunting lg, yg hdir dlm mimpi dan yg meng Islamkan pendeta, itu KH. Abdul Madjid atau KH. Ma'roef?
    13 Mei pukul 6:06 · Suka

    Jalaludin Ar Rummi nyuwos sewu ijin copas lur...
    15 Mei pukul 18:31 · Suka

    Ahmad Dimyathi S Ag YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !
    beberapa detik yang lalu · Suka
    Ahmad Dimyathi S Ag
  3. YAA SAYYIDII YAA AYYUHAL GHOUTS !

    Menggapai Ma'rifat dan Mensucikan Hati Dengan Sholawat Wahidiyah

    Tausiyah Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid Ra - Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Ponpes Kedunglo Al-Munadhoroh, Kediri Ja-Tim.

    ismillaahir Rohmaanir Rohiim
    Assalamu alaikum Wr.Wb.

    Para hadirin hadirat yang kami hormati. Kalau orang pondokan atau orang alim pasti tau bahwa Ajaran Wahidiyah adalah Ajaran Mak'rifat. orang Syafi'iyah ini semua pasti sama. Cuma hanya di penerapan. Maka apabila ada kesalahpahaman, saya luruskan. Bahwa Wahidiyah itu faham Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bahkan tingkat penerapan. Bukan hanya kajian akademis atau ilmiah, tetapi sudah pada tingkat penerapan sebagaimana yang diperjuangkan para ahli Thoreqoh.

    Para bapak dan para ibu yang kami hormati. Kami mohon kalau berkenan, saya ajak untuk mengamalkan Sholawat Wahidiyah. Terutama para pengamal di Banten, saya titip perjuangan Wahidiyah.

    Di Wahidiyah sudah lengkap ada doa Mujahadah Kecerdasan, Mujahadah Laduni, Mujahadah gula obat, mujahadah Keuangan, Mujahadah Pertanian dan masih banyak lagi. Mari kita Riadhoi. Dulu ada orang dari Malang mempeng baca YAA SYAAFI'AL-KHOLQI HABIIBALLOOHI " SHOLAATUHUU'ALAIKA MA'SALAAMIHII, DHOLLAT WA DHOLLAT HIILATII FII BALDATII " KHUDZ BIYADII YAA SAYYIDII WAL UMMATII sampai 1jt di riadhoi dan diberi karomah oleh Allah SWT, ada lagi Pak Mubin di buka Ainul basyirohnya. Ada juga yang membaca YAA SAYYIDI YAA RASULULLOH sampai 3jtx, uzlah selama satu minggu hingga 40 hari diberi karomah kemanden. Ada pengamal namanya Bu Fauzan mempeng mengamalkan Sholawat Wahidiyah diberitahu oleh Allah lewat mimpi diberi Rizki hingga tertutup rumahnya.

    Tapi kita harus ingat tujuan utama mengamalkan sholawat wahidiyah bukan untuk mencari karomah, tapi untuk Ma'rifat, mendapat Hidayah, dan Ridho-Nya. Jika diberi karomah perlu kita syukuri untuk berbuat kebaikan dan perjuangan Faa Firru Ilalloh.

    Teks Sholawat Wahidiyah Klik Aja: https://www.facebook.com/notes/file-page-menggapai-marifat-dan-mensucikan-hati-dengan-sholawat-wahidiyah/teks-sholawat-wahidiyah-berfaedah-menjernihkan-hati-dan-marifat-billah-wa-rosuul/572080472869540

    Ajaran Ma'rifat ala Wahidiyah klik aja: https://www.facebook.com/notes/file-page-menggapai-marifat-dan-mensucikan-hati-dengan-sholawat-wahidiyah/ajaran-marifat-ala-wahidiyah/639602999450620

    Semoga bermanfaat.

    Sumber: Majalah Aham edisi 96 hal 41.
     — bersama Umi Arsy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar