FAFIRRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW !
I. 01.317 - "BAHASAN UTAMA - KULIAH WAHIDIYAH"0058.01.317 - masail wahidiyah - 3. MASALAH SYAFA’AT, TASYAFU’ DAN ISTIGHOTSAH
3. MASALAH SYAFA’AT, TASYAFU’ DAN ISTIGHOTSAH
A. SYAFA’AT
Menurut arti bahasa, kata “Syafa’at” mempunyai pengertian “pertolongan”. “Syafa’atan hasanatan” berarti suatu pertolongan yang membawa kepada kebaikan. Dan syafa’atan sayyiatan adalah suatu pertolongan yang membawa kepada kemungkaran. Di dalam pembahasan di sini yang dimaksud adalah syafa’atan hasanatan.
Menurut arti istilah adalah :
الشَّـفَاعَة ُ سُـؤَالُ الـْخَيْرِ مِنَ الـْغـَيْرِ لِلْغَـيْر ِ
“Syafa’at adalah permohonan kebaikan dari orang lain untuk orang lain”.[1]
Sebagian Ulama ada yang mendefinisikan sebagai berikut :
الشَّـفَاعَة ُ هِىَ السُّـؤَالُ إِلـَى التـَّجَـاوُز ِ عَنِ الذُّنـُوْبِ مِنَ الـَّذِي وَقَـعَ
الجِنَايَة ُ فِي حَـقّـِه[2]
“Syafa’at adalah permintaan pengampunan dosa-dosa dari orang yang melakukan kesalahan”.
Atau mudahnya, syafa’at adalah mengusahakan kebaikan bagi orang lain atau memberikan jasa-jasa baik kepada orang lain tanpa mengharap upah atau imbalan jasa, baik diminta maupun tidak diminta.
Di dalam penggunaan istilah, pada umumnya sebutan “syafa’at” dipakai untuk pertolongan yang khusus dari Rosululloh SAW. Sedang-kan pertolongan yang diberikan oleh selain Beliau SAW, umpamanya oleh para Wali, orang yang lebih tua umurnya disebut barokah, doa restu, bantuan, dukungan atau jangkungan. Semua itu menurut lughowy (bahasa) juga disebut syafa’at dalam arti pertolongan.
Syafa’at Rosululloh SAW dapat terjadi di dunia dan di ahirat. Yang di dunia antara lain dan yang paling berharga, tak terukur dengan harta adalah iman dan islam di dada setiap muslim dan mu’min. Boleh dikatakan bahwa tuntunan Rasululloh SAW adalah syafa’at Beliau SAW.
Dan seperti kita sadari dari kenyataan bahwa tuntunan Rasulullah SAW tersebut disalurkan dan disampaikan kepada ummatnya di zaman sekarang melalui proses yang panjang. Melalui para sahabat, Radliyalloohu Ta’ala ‘anhhu, kepada para Tabi’in kepada para Tabi’it -Tabi’iin, para Ulama Salaf, para Auliya’, para Sholihin, para Ulama Khalaf, para Kiai, para Cendikiawaan, para Ustadz, para guru akhirnya sampai kepada kita. Berarti mereka-mereka itu adalah perantara antara kita dengan Junjungan kita Nabi Muhammad Rasululloh SAW.
Mereka itu adalah penyambung / penyalur syafa’at Rasululloh SAW kepada para lapisan masyarakat. Dapat kita fahami bahwa mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur syafa’at adalah juga dari syafa’at Rosululloh SAW. Dan begitu seterusnya, sambung bersam-bung. Tanpa Rosululloh SAW mereka tidak dapat melakukan hal-hal seperti itu, dan kita pun tidak akan memiliki iman, Islam dan faham-faham keagamaan seperti ini.
Begitu gambaran luasnya syafa’at Rosululloh SAW di dunia ini, dan begitu penting dan berharganya bagi kita para ummat sehingga kita tidak mampu menghitung-hitung betapa besarnya nilai syafa’at Rosululloh SAW itu. Suatu pertolongan yang sangat kita butuhkan untuk membawa diri kita menuju kebaikan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirot. Kita butuhkan untuk membebaskan dan menyelamatkan diri kita dari bahaya kejahatan dan kekejian yang akan membawa kepada kesengsaraan dan kehancuran dunia akhirat.
Adapun syafa’at Rosululloh SAW di akhirot kelak, yang disebut "SAFA’ATUL’UDHMA” adalah pertolongan agung yang sangat dibutuh-kan oleh seluruh ummat manusia di padang mahsyar kelak di akhirat. Di padang mahsyar itu nanti seluruh ummat manusia dari zaman nenek moyang kita Nabi Adam ’Alaihis–sholatuwassalam sampai manusia yang terakhir dikumpulkan semua. Terjadilah suatu peristiwa yang maha dahsyat, suatu tragedi kebingungan ummat manusia yang memuncak dan belum pernah dialami sebelumnya. Di bawah pembakaran terik sinar matahari yang pada saat itu dikeba-wahkan oleh Alloh hanya tinggal setinggi galah, tiap-tiap manusia mengalami problem-problenya sendiri-sendiri sebagai akibat tindak lakunya ketika hidup di dunia. Di sebut “Yaumul-Hasyri” atau hari berkonfrontasi saling berhadap-hadapan satu sama lain. Baik bapak, ibu, anak maupun saudara dan sebagainya saling tuntut-menuntut, saling tuduh-menuduh satu sama lain. Saling melarikan diri takut terkena tuntutan.
B. TASYAFU’
Tasyafu’ atau memohon syafa’at kepada Rosululloh SAW berarti memohon supaya Rosululloh SAW sudi memberikan pertolongan untuk memohonkan kepada Alloh Subhaanahu wa ta'aala agar Alloh berkenan mengabulkan permohonan tersebut.
Pertolongan mutlak adalah milik Alloh, dan kehendak Alloh mutlak tidak ada yang mencampurinya. Termasuk Alloh berkehendak memberikan hak syafa’at bagi seluruh makhluk kepada Rosul-NYA SAW tidak mengurangi milik Alloh yang mutlak. Firman Alloh SWT.
قُل لِلّهِ الشَّفـَاعَة ُ جَمِيـعًا (39 الزمر :44)
Katakanlah ; “Hanya kepunyaan Alloh Syafa’at itu semuanya (39- Az-Zumar : 44 )
Ada sebagian orang berpendapat bahwa dengan ayat tersebut selain Alloh tidak dapat memberi syafa’at, sehingga memohon syafa’at kepada Rosululloh SAW disamakan dengan syirik dan tersesat.
Dengan menggunakan ayat tersebut sebagai dasar bagi pendapat-nya bukan pada tempatnya. Ada dua alasan untuk menolak pendapat tersebut :
1. Tidak ada satu ayat pun dan hadits yang melarang permohonan syafa’at kepada Rosululloh SAW.
2. Ayat di atas tidak menunjukkan larangan mohon syafa’at, namun searti dengan ayat-ayat lain yang menjelaskan kemutlakan kekua-saan Alloh sebagai Penguasa Tunggal yang tidak tersaingi oleh suatu apapun. Hal ini mempunyai pengertian bahwa Alloh dapat menganugerahkan apapun dan kepada siapa saja sesuai kehendak-Nya.
Firman Alloh dalam Al-Qur’an yang menerangkan tentang anugerah Alloh kepada hamba-Nya untuk memberikan syafa’at seperti di bawah ini:
وَلاَ يَمْلِكُ الَّذِيْنَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلاَّ مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ (43- الزخروف :86)
“(Tuhan-tuhan) yang mereka sembah, selain dari pada-Nya, tiada mempunyai syafa’at (pertolongan), akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui kebenaran (tauhid), sedang mereka meyakini”. (QS. Al-Zukhruf: 86).
يَوْمَئِذٍ لاَّ تَـنْـفَعُ الشَّفـَاعَةُ إِلاَّ مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلاً (20-طه : 09)
“Pada hari itu {kiamat} tiada berguna syafa'at, kecuali { syafa'at } orang yang telah diizinkan oleh Yang Maha Pengasih dan diridloi perkataannya”.
Ayat tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian makhluk Alloh yang dianugerahi / diizini dapat memberi syafaat kepada yang lainnya. Kalau toh ada ayat-ayat yang menunjukkan tidak adanya syafa’at, seperti: QS. Al-Baqoroh: 48, 123 dan QS. Al-Muddatsir: 48, semua ayat ini berhubungan dengan orang-orang musyrik.
Tentang siapa dan apa yang dapat memberi syafa’at dengan izin Alloh telah dijelaskan dalam beberapa hadits, antara lain ;
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ SAW يَشْـفَـعُ يَوْمَ الْـقِـيَامَـةِ ثـَلاَ ثـَـةٌ : اْلأ َنْبِـيَآءُ ثـُمَّ الْعُلَمَآءُ ثُمَّ الشُّهَدَآءُ (رواه ابن ماجـه عن عثمان RA)
Rosululloh SAW bersabda : “Yang dapat memberi syafa’at besuk pada yaumil qiyamah ada tiga golongan ; yaitu para Nabi, Ulama, kemudian Syuhada’ (HR. Ibnu Majah dari Utsman Ra.).
Rosululloh SAW bersabda : “Yang dapat memberi syafa’at besuk pada yaumil qiyamah ada tiga golongan ; yaitu para Nabi, Ulama, kemudian Syuhada’ (HR. Ibnu Majah dari Utsman Ra.)
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ SAW : يشـفـع الشـهيد فى سبعـين من اهل بـيتـه (رواه ابو داود عن ابى الدرداء)
Rosululloh SAW bersabda : “ Seorang mati syahid akan memberi syafa’at pada 70 orang dari keluarganya” (HR. Abu Dawud dari Abi Al-Darda’ ).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ SAW : أَناَ سَـِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَ فَـخْـرَ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تـُنـْشَـقُّ عَنْهُ اْلأَرْضُ وَأَناَ أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّـعٍ , بِيَـدِى لِـوَآءُ الْحَمْدِ تَحْـتَهُ آدَمُ فَمَنْ دُوْنَهُ
(رواه الترميذي وابن ماجه عن ابي سعيد الحذري والحاكم عن جابر باسنـاد صحيح )
Rosululloh SAW bersabda : Aku adalah Sayyid (orang yang tertinggi) dari anak cucu Nabi Adam, dan (aku mengucapkan ini ) tidak karena membanggakan diri. Aku adalah orang yang pertama dibangunkan dari kubur, Aku adalah orang pertama yang memberikan syafa’at dan orang pertama yang diterima syafa’atnya, di tanganku-lah bendera puji dan di bawah bendara itu bernaung Nabi Adam dan orang-orang lainnya. (HR. At-Tirmidzi dan Ibu Majah dari Abi Said Al- Hudzriy dan Al-Hakim dari Jabir Ra).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ SAW : مَـنْ زَارَ قَـبْرِى وَجَـبَتْ لَـهُ شَفَاعَتِى (رواه ابن عدي والبيهقى عن ابن عمر)
“Rosululloh SAW bersabda: "Barang siapa berziarah ke kuburku maka wajib baginya (memperoleh) syafa’atku”.( HR. Ibnu Adi dan Baihaqidari Ibnu Umar ).
التَّشـفُّعُ بالنَـبي SAW في كُلِّ مَكانٍ نافِـعٌ فلَمْ يُقـبَلْ اِلاَّ الـْوُصُوْلُ الى النَّـبِّي SAW (شـواهد الحق : 203)
“Tasyaffu’an {memohon syafa’at} kepada Baginda Nabi SAW, di tempat manapun adalah bermanfa’at dan pasti sampai kepada Baginda Nabi SAW”. (Syawahidul-Haq : 203)
وانَّهُ SAW مَقْبولُ الشَّفاعَـةِ عنْدَ اللهِ في الدُّنْيا والاخِرَةِ ويتَوَسَّلوْنَ بِه الَيْهِ تَعَالى لِيُبَلِّـغَهُمْ مُناهُم في دُنياهم وأُخراهُم فقَد شـَاركُوا في هَـذا الْمَعـنى اعْلَمُ العُلَمَاء (شـواهد الحق : 45)
“Dan sesungguhnya Baginda Nabi SAW itu pasti diterima syafa’atnya di sisi ِAlloh baik di dunia maupun di ahirat. Dan orang-orang Islam berwasilah kepada Beliau SAW dalam permohonannya kepada Alloh SWT agar Beliau SAW berkenan menyampaikan hajat / keinginan mereka dalam urusan dunia dan urusan ahirat mereka. Maka para pakar Ulama telah bersepakat di dalam pengertian tersebut”.
Memohon syafa’at kepada Rosululloh SAW baik pada masa hidup maupun setelah wafat Beliau SAW adalah boleh dalam hukum Islam. Karena orang yang mati syahid saja menurut Al-Quran tetap hidup di alam kuburnya, Firman Alloh SWT:
وَلاَ تَقُولُواْ لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِن لاَّ تَشْعُرُونَ (البقرة : 154)
“Dan janganlah kalian berkata: Bahwa orang-orang yang gugur di jalan ِAlloh itu mati; melainkan mereka tetap hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya” (QS. Surat Al Baqoroh 154).
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (ال عمران 169)
“Dan janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati, melainkan mereka tetap hidup di sisi Tuhannya dan mereka memperoleh rizqi (kenikmatan besar) (QS. Ali Imrom 169)
Berdasarkan dua ayat di atas bahwa orang gugur di jalan Alloh tetap hidup di sisi -Nya. Apa lagi para Nabi dan Rosul serta para Waliyulloh. Maka Rosululloh SAW bersabda :
حياتى خير لكم ومـماتى خــير لكم , واما حياتىفاسن لكم السنن واشرع لكم الشرائع , واما مَماتى فان اعمالكم تعرض علي فما رأيت منها حسنا حمدت الله عليه وما رأيت سيئا استغفرت الله لكـم (رواه البزار عن ابن مسعود باسناد صحيح)
Hidup dan matiku adalah baik (berguna) bagimu. Semasa hidupku aku memberikan tuntunan / sunnah dan mengajarkan syari’at kepadamu. Sedangkan setelah wafatku semua amalmu diperlihatkan kepadaku. Maka ketika aku melihat amalmu baik, aku memuji kepada Alloh atas kebaikanmu itu, dan ketika aku melihat amalmu jelek, aku mohonkan ampunan kepada Alloh bagi kamu sekalian(HR. Al-Bazzar dari Abdulloh bin Mas’ud derngan sanad yang shohih).
ما من احد يسلم عـلي الا رد الله على روحى حتى ارد عليه السلام(رواه احمد وابو داود)
Tiada seseorang yang menyampaikan salam kepadaku, melainkan Alloh menyampaikan salam itu kepadaku, sehingga aku menjawab salam itu. (HR. Ahmad dan Abu Dawud )
Dalam hal ini para Ulama berpendapat bahwa Rasulullah e setelah wafatnya tetap seperti Beliau e masih hidup. Maka orang yang berpendapat bahwa Rasulullahe tidak ada manfa’atnya setelah meninggal dunia adalah pendapat yang sesat dan menyesatkan.
فمن اعتقد ان الـنبي SAW لاينـفع به بـعد الموت بل هو كأحـد الناس فـهـو ضـال مضــل
“Maka barang siapa beri’tikad, bahwa Baginda Nabi SAW tiada manfa’at sesudah wafatnya, bahkan Beliau SAW dianggap seperti umumnya manusia, maka orang seperti itu adalah sesat dan menyesatkan”. (Tafsir Al-Shawi juz 1, hal. 161).
نـقــل السـيد احـمـد دخلان عن ابي الـموا هب الشاذلي t ا نه كان يقـول : لله عباد يتـولي تربـيتهـم النـبي SAW بنـفسـه من غـير واسط بكـثرة صلاتـهم عليه SAW ( سعا دة الدارين : 551)
Sayyid Ahmad Dakhlan menukil pendapat Abi Mawahib Asy-Syadzali Ra: “Alloh mempunyai hamba-hamba yang dibimbing langsung oleh Nabi Muhammad SAW tanpa perantara sebab banyaknya bacaan Sholawat mereka kepada Beliau SAW ”.(Kitab Sa’aadaatu Al-Daroini : 511)[3] .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar