YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
0061.01.317 - Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW
dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?.
Di dalam Al Quran surat al-Anfal ayat 33
"وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ"
Yang penjelasanya adalah : Alloh SWT tidak akan menyiksa mereka, selama Engkau (Muhammad SAW) ada di tengah-tengah (di dalam hati) mereka.
Jadi kesimpulannya: Jika kita ingin tidak disiksa oleh Alloh SWT (baik di dunia, lebih-lebih nanti di akhirat), hati kita harus senantiasa diisi dengan Rosulullah SAW. Mari kita selalu baca kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" dimanapun dan kapanpun berada, terutama dalam hati.
29 menit yang lalu · Suka · 1
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Waktu Rosulullah SAW lahir langsung Saajidan (bersujud) dan Dzaakiron (memanggil-manggil), lantas siapa yang dipanggil oleh Rosululloh SAW ketika sujud itu ? Ternyata yang dipanggil adalah "Ummatii-Ummatii" (ummatku-ummatku). Ternyata yang dipanggil adalah kita sebagai ummat Beliau SAW, Beliau Rosululloh SAW sudah rindu kepada kita sbagai ummat-Nya.
Jadi wajar kalau kita menyambut dengan rasa gembira panggilan Beliau dengan kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" Juga ketika Beliau Rosululloh SAW akan meninggal dunia terdengar sayup-sayup oleh Syayyidina Ali KW dan lainnya, beliau Rosululloh SAW memanggil-mangil ummatnya dengan panggilan penuh kasih sayang dan Beliau SAW sangat prihatin sekali atas nasib kita ummatnya, sayup-sayup suaranya memanggil-manggil UMMATII-UMMATII.......( 'INDA WAFAATIHI ), maka wajar dan harus kita menjawab panggilan Rosululloh SAW tsb dengan kalimat YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH, YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH, dengan penuh ADAB, antara lain : Ikroman wa Ta'diiman wa Ta adduban (memulyakan, mengagungkan dan beradab), Tasyaffuan (memohon syafaat), Mahabbatan (cetusan rasa cinta yg mendalam), Syauqon (rindu yg sangat mendalam), Tadzallul wal Inkisar (merendahkan diri dan meratapi dosa2 kita), Tawajjuh dan Hudlur (Ingat membayangkan Beliau SAW dan hatinya merasa hadir) dihadapan Junjungan kita Rosululloh SAW !. YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Di dalam kitab Zaadul Ma'ad karya Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dijelaskan, bahwa Rosulullah SAW pernah berdoa "Yaa Alloh, Engkau telah berjanji kepadaku, bawah Engkau tiidak akan menyiksa ummatku selama aku berada di hati mereka".
Jadi kesimpulannya: Jika kita tidak mau celaka, tidak mau diadzab oleh Alloh SWT, tidak mau disiksa Alloh SWT, hati kita harus senantiasa diisi Rosulullah SAW, marilah kita selalu baca kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" dimanapun dan kapanpun. Usahakan bisa diamalkan dalam sehari +- 30 menit selama 40 hari berturut-turut, yang berfaedah untuk MENJERNIHKAN HATI DAN KESADARAN/MA'RIFAT BILLAH WA ROSUULIHI SAW, JUGA DAPAT BERFAEDAH UNTUK HAJAD APA SAJA !. Juga waktu-waktu tertentu, MISALNYA ADA HAJAD YANG SANGAT PENTING DAN MENDESAK perbanyaklah membacanya, misalnya kita baca 5000 kali, 10.000 kali, 100,000 kali, atau 1 jam, 2 jam, 3 jam dst !. Insya Alloh akan diijabah semua hajadnya oleh Alloh SWT, memperoleh solusi, jalan keluar, kemudahan-kemudahan dari semua problim hidup atau masalah-masalah yang dihadapinya. Amiin !.
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Kedekatan atau semakin dekatnya dengan Rosululloh SAW menyebabkan iman dan taqwa seseorang akan lebih unggul dibanding dengan yang lain. Oleh karena itu, dimanapun berada dan kapanpun saja mari kita senantiasa berhubungan rohani atau kontak batin dengan Beliau Rosulullah SAW, bisa dengan membaca sholawat apa saja atau membaca "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH".
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Wamaa arsalnaa min rasuulin illaa liyuthaa'a bi-idzni (al)laahi walaw annahum idz zhalamuu anfusahum jaauuka fa(i)staghfaruu (al)laaha wa(i)staghfara lahumu (al)rrasuulu lawajaduu (al)laaha tawwaaban rahiimaa(n) ( QS AL-QUR'AN AYAT 64 ).
( ARTINYA : Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah (LIRROSUL). Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu (ROSULULLOH SAW), lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Makna yang terkandung di dalam Surat An Nisa' ayat 64 tsb adalah :
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا
Penafsirannya:
WALAU ANNAHUM IDZ DZOLAMUU ANFUSAHUM (Ketika mereka merasa diri-nya banyak dzolim, ketika mereka merasa banyak salah, ketika mereka merasa banyak perbuatan maksiat, ketika mereka merasa banyak dosa-nya);
JAAUUKA (namun mereka mau datang kepadamu, mereka mau sowan kepadamu, mereka mau menghadap kepadamu, mereka mau beraudensi kepadamu (Rosulullah SAW);
FASTAGHFAR-ALLOHA (di hadapan Rosulullah SAW mereka mau memohon ampun kepada Alloh atas segala dosanya, atas segala kedzoliman-nya, atas segala maksiatnya, atas segala kesalahannya, dengan penuh rasa nlongso berlumuran dosa);
WASTAGHFAR LAHUMUR ROSUULU (maka Rosulullah SAW ikut memohonkan ampun, ikut mendoakan);
LAWWAJADUALLOHA TAUBATAN ROHIIMA (maka pastilah mereka (yang mau datang kepada-mu Rosul SAW tsb) akan diampuni taubatnya, akan diampuni segala dosanya).
Kesimpulannya:
Jika kita ingin diterima taubat kita dihadapan Alloh SWT, maka kita wajib menghadap kepada Rosullullah SAW antara lain dengan banyak2 Sholawat apa aja atau nidak Rosul SAW "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH", karna nidak Rosul tersebut dimaksudkan untuk memohon syafaat kpd Beliau SAW. Para Ahlul Kasyfi menerangkan bahwa "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" adalah "Iltijaa ul ummah ilaa Sayyidihim" mengungsinya ummat kepada PEMIMPINNYA yakni Nabi SAW dan dalam Tafsir Showi Juz 3 dijelaskan apabila kita memanggil2 Beliau dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH spontan Beliau SAW mensyafaati dan menjawab panggilan kita tsb dengan "MAA HAJATUKA YAA UMMATII".........? "APA GERANGAN HAJAT KEBUTUHANMU WAHAI UMMATKU....?.
Sekalipun Beliau SAW sudah di alam kubur, namun Rosululloh SAW diperlihatkan/diperdengarkan oleh Alloh SWT bacaan sholawat atau nidak Rosul oleh para ummatnya ! Dan masih banyak lg dasar atau dalil2 yg berhubungan dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
JADI, SEKALI LAGI Jika kita INGIN DITERIMA TAUBAT KITA, dan tidak mau celaka, tidak mau diadzab oleh Alloh SWT, hati kita harus senantiasa beraudensi dihadapan Rosulullah SAW, marilah kita selalu baca sholawat dan atau kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH" dimanapun dan kapanpun. Usahakan kalimat tersebut bisa diamalkan dalam sehari +- 30 menit selama 40 hari berturut-turut, yang berfaedah untuk MENJERNIHKAN HATI DAN KESADARAN/MA'RIFAT BILLAH WA ROSUULIHI SAW, JUGA DAPAT BERFAEDAH UNTUK HAJAD APA SAJA !. Juga waktu-waktu tertentu, MISALNYA ADA HAJAD YANG SANGAT PENTING DAN MENDESAK perbanyaklah membacanya, misalnya kita baca 5000 kali, 10.000 kali, 100,000 kali, atau 1 jam, 2 jam, 3 jam dst !. Insya Alloh akan diijabah semua hajadnya oleh Alloh SWT, memperoleh solusi, jalan keluar, kemudahan-kemudahan dari semua problim hidup atau masalah-masalah yang dihadapinya. Amiin !.
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Dan apa sih makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an Surat Al Ahzab ayat 21 ???. "Laqad kaana lakum fii rasuuli (al)laahi uswatun hasanatun liman kaana yarjuu (al)laaha wa(a)lyawma (a)l-aakhira wadzakara (al)laaha katsiiraa(n)".
ARTINYA : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.)
Pasti ada di dalam pribadi Beliau Rosulullah SAW suri tauladan, bahasa keren-nya adalah IDOLA (seseorang itu cenderung meniru idola-nya). Nah, jika kita mengidolakan Rosululloh SAW, secara otomatis tingkah laku dan perbuatan kita harus ma'mun kepada Rosul (karena beliau adalah suri tauladan/contoh yang baik).
Trusss, siapa saja sih yang harus mengidolakan Rosul, " liman kaana yarjuu (al)laaha wa(a)lyawma (a)l-aakhira wadzakara (al)laaha katsiiraa(n)". yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Alloh, ingin berjumpa/beraudensi (sowan) kepada Alloh SWT, dan mengharap (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.
Jadi kesimpulannya: Jika seseorang ingin benar-benar sampai/wushul kepada Alloh SWT dengan selamat, wajib hukum-nya menjadikan Rosulullah SAW sebagai suri tauladan dan IDOLA. Nah, karena Rosululloh SAW yang dijadikan suri tauladan, wajib hukum-nya senantiasa berhubungan (hubungan batin), dengan Rosulullah SAW, BERTA'ALLUQ BIJANAABIHI SAW, antaralain dengan cara memperbanyak bersholawat atau memperbanyak membaca HATINYA SHOLAWAT yakni YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH. Maka hubungan dengan Rosululloh SAW yang masih bersifat FORMALITAS ALA SYARII'AH harus ditingkatkan menjadi semacam hubungan molekuler yang lebih kokoh lahir dan batin. Bukankah Rosululloh SAW sendiri sesuai dengan kepribadian Beliau yang ROHMATAN LIL 'ALAMIIN dan BIL MUKMINIINA ROUUFURROHIIM telah meletakkan dan meratakan LEM PEREKAT hubungan terhadap sekalian para ummat ???. Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh !.
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Di dalam karya Syaikh Abdul Qadir Jaelani Qs wa Ra yaitu Kitab Fathul Rabbani menerangkan sebaga berikut : Jadikanlah segala urusanmu apa saja, baik urusan dunia (bekerja, belajar, makan, minum, dll) maupun urusan akhirat (sholat, zakat, puasa, hajji, bemujahadah, dll), harus senantiasa merasa dihadapan Rosulullah SAW.
Mengapa demikian ? Karena beliau Rosululloh SAW berada di tengah-tengah antara hamba dengan sang Pencipta Alloh SWT. Satu-satunya yang menghantarkan seorang hamba kepada Alloh SWT adalah Rosulullah SAW. Sehingga apa yang kita anggap baik itu adalah diperintahkan Rosul dan apa kita jauhi adalah karena larangan Rosul.
Kesimpulannya: Semua urusan dunia dan urusan akhirat harus senantiasa ma'mum dan berhubungan (kontak batin), berta'alluq dengan Rosulullah SAW.
Ta'alluq Bijanaabihi SAW yg paling gampang antara lainadalah dengan nidak Rosul YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ! Cara Ta"alluq Bijanaabihi SAW ada 2 jalan, diterangkan dlm kitab Sa'aadaatud Daroini, pertama TA'ALLUQ SURIYYUN, kedua TA'ALLUQ MAKNAWIYYUN, silakan baca kitab tsb. !
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Perihal mentalqin muhtadlor dengan tuntunan bacaan “Yaa Saiyyidi Yaa Rosulallah”
1. Masalah No. 7 :
Perihal mentalqin muhtadlor dengan tuntunan bacaan “Yaa Saiyyidi Yaa Rosulallah”
ياسيدى يارسول الله
Ø Keputusan :
Mentalqin seorang muhtadlor (orang yang sedang dalam sakaratul maut) dengan tuntunan bacaan ياسيدى يارسول الله
Tidak bertentangan dengan maksud hadits ini :
لقنوا موتكم لاإله إلا الله
Tuntunlah orang yang sedang dalam sakaratul maut dengan bacaan
لاإله إلا الله
Karena tuntunan dengan bacaan ياسيدى يارسول الله sama halnya dengan menuntun dengan bacaan الله, الله, الله.
Dengan talqin الله, الله, الله kita menuntun muhtadlor secara langsung kepada Allah.
Dengan talqinياسيدى يارسول الله kita mentalqin dengan bertawasul, kepada Rosulullah SAW.
Baik secara langsung maupun secara bertawasul, menurut hadits Nabi di bawah ini hukumnya sama :
قال صلى الله عليه وسلم : من ذكرنى فقد ذكر الله ومن أحبنى فقد أحب الله والمصلى عليّ ناطق بذكر الله (سعادة الدارين : 512)
وقال صلى الله عليه وسلم : يامحمد جعلتك ذكرا من ذكرى فمن ذكرك فقد ذكرنى ومن أحبك فقد أحبنى (سعادة الدارين : 512)
Selain itu tujuan perintah menalqin muhtadlor dengan لا إله إلا الله tidak lain agar si muhtadlor pada akhir hayatnya selalu ingat kepada Allah, sebagaimana yang termaktub dalam Kitab At Tadzkiratul Qurthubi halaman 11 :
لأن المقصود من التلقين أن يموت ابن آدم وليس فى قلبه إلا الله والمدار (اى مدار الحكم) على القلب وعمل القلب هو الذى ينظر فيه فيكون به النجاة واما حركة اللسان فإنما هى ترجمة عما فى القلب والا فلافائدة فيه (تذكرة القرطبى : 11)
Sedang bacaan tawasul ياسيدى يارسول الله yang disertai hati hudlur atau ingat kepada Rosulullah SAW itu sama hukumnya dengan bacaan langsung الله, الله, الله yang disertai hati hudlur atau ingat kepada Allah. Dalam kitab Sa’adatud Daroini halaman 509 di terangkan :
ومعلوم أن من ذاق لذة وصال المصطفى صلى الله عليه وسلم فقد ذاق لذة وصال ربه لأن الحضرة واحدة (سعادة الدارين : 506-507-509)
وهو صلى الله عليه وسلم حاضرنى ايّ مقام فيه يذكر بل دان (ترغيب ص 17)
ان من كان شأنه كثرة الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم يحصل له الشرف الأكبرلكونه صلى الله عليه وسلم يحضره عند سكرات الموت (سعادة الدارين : 518)
ان مستمد جميع الأنبياء الخ
فمن اعتقد ان النبي صلى الله عليه وسلم لاينفع بعد الموت بل هو كأحد الناس فهو الضآلّ المضل (صاوى جز :161)
انه سيأتى عن قليل زمان إذا ذكر انسان النبي صلى الله عليه وسلم والإقتداء به فى جميع احواله ذموه ونفروا عنه واذلوه واهانوة (مجالس السنية : 87)
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Alloh SWT berfirman di dalam hadist qudsi : "Yaa Muhammad, Aku jadikan Engkau sebagai sebutan (panggilan), barangsiapa yang memanggil-manggil Engkau, maka sesunggunya dia telah memangil-manggil Aku, dan barang siapa yang cinta kepadamu, berarti dia juga telah mencintai Aku".
Dalam hadits Rosululloh SAW bersabda : "MAN DZAKARONII FAQOD DZAKARULLOH WAMAN AHABBANII FAQOD AHABBALLOH WAL MUSHOLLI 'ALAIYYA NAATHIQUN BIDZIKRILLAH" (Sa'aadatud Daroin).
"Barang siapa dzikir kepadaku (lebih-lebih menyebut), maka sungguh ia dzikir kepada Alloh dan barang siapa cinta kepada-Ku, maka sungguh ia cinta kepada Alloh, dan orang yang membaca sholawat kepada-Ku, sungguh ia mengucakan dzikir kepada Alloh".
Dan masih banyak lagi Hadits yg menjelaskan bahwa Dzikir (lebih2 menyebut) Nabi SAW adalah IBADAH !. SABDA ROSULULLOH SAW : "DZIKRU 'ALAIYYA 'IBAADATUN " - "DZIKIR (LEBIH-LEBIH MENYEBUT) KEPADA SAYA ADALAH IBADAH".
YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !.
Ahmad Dimyathi : YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH !
Kenapa sih kita harus bersholawat dan atau memangil-manggil Rosululloh SAW dengan YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ?
Ciri-ciri orang yg mencintai, pasti banyak mengingat dan menyebut atau memangilnya dimana saja, lagi keadaan bagaimanapun tetap menyebut dan mengingat, serta memanggilnya. ( Yaa Sayyidii Yaa Rosuulalloh !).
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرو الْقَطِرَانِيُّ، ثنا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، ثنا حِبَّانُ بْنُ عَلِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَخِيهِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِذَا طَنَّتْ أُذُنُ أَحَدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي، وَلْيُصَلِّ عَلَيَّ، وَلْيَقُلْ: ذَكَرَ اللهُ بِخَيْرٍ مَنْ ذَكَرَنِي ”
المعجم الكبير للطبراني
Menceritakan kepada kami Ahmad bin Amr al-Qathirani, menceritakan kepada kami Abu ar-Rabi’ az-Zahrani, menceritakan kepada kami Hibban bin Ali, dari Muhammad bin Ubaydillah bin Abi Rafi’, dari saudaranya, yaitu Abdillah bin Ubaydillah bin Abi Rafi’, dari ayahnya (Ubaydillah bin Abi Rafi’), dari kakeknya (Abi Rafi’, budak Rasulullah) berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika berdengung telinga seseorang dari kalian, maka ingatlah aku (Nabi SAW), dan bershalawatlah atasku, dan katakan: Dzakarollohu bi khayrin man dzakaroni (Semoga Allah menyebut dengan kebaikan orang yang menyebutku (Nabi SAW)).
[Al-Mu'jamul Kabir lithThobroni]
إِذا طَنَّتْ أُذُنُ أحدِكُمْ فَلْيَذْكُرْنِي ولْيُصَلِّ عَلَيَّ ولْيَقُلْ ذَكَرَ الله مَنْ ذَكَرَنِي بِخَيْرٍ
الجامع الصغير للسيوطي
Jika berdengung telinga seseorang dari kalian, maka ingatlah aku (Nabi SAW), dan bershalawatlah atasku, dan katakan: Dzakarollohu man dzakaroni bi khayr (Semoga Allah menyebut orang yang menyebutku (Nabi SAW) dengan kebaikan).
[Al-Jami'ush Shoghir lis Suyuthi]
فَإِن الْأذن إِنَّمَا تطن لما ورد على الرّوح من الْخَبَر الْخَيْر وَهُوَ أَن الْمُصْطَفى قد ذكر ذَلِك الْإِنْسَان بِخَير فِي الْمَلأ الْأَعْلَى فِي عَالم الْأَرْوَاح
التيسير بشرح الجامع الصغير
Imam Al Manawi berkata dalam kitab beliau, yaitu At-Taysir bi Syarh al-Jami’ush Shaghir: “Maka sesungguhnya telinga itu berdengung ketika datang berita baik kepada ruh, yaitu Rasulullah SAW al-Mushthofa telah menyebut orang tersebut (pemilik telinga yang berdengung) dengan kebaikan di mala-il a’la (perkumpulan atau majelis tertinggi) di alam ruh.
[At-Taysir bi Syarh al-Jami'ush Shoghir]
Hadits ini juga diriwayatkan Imam al-Bazzar dengan redaksi doa:
اللَّهُمَّ اذْكُرْ بِخَيْرٍ مَنْ ذَكَرَنَا بِخَيْرٍ
“Ya Allah, sebutlah dengan kebaikan orang yang menyebut kami (Nabi SAW) dengan kebaikan”
Hadits seperti ini diriwayatkan oleh Imam Suyuthi, Imam ibnus Sunni, Imam Ruyani, Imam al-Bazzar, dan juga Imam Thabrani yang mana menurut beliau hadits ini Hasan. Para Imam yang dapat dipegang ini telah mencantumkan hadits-hadits seprti ini di dalam kitab-kitab mereka. Dan tak ada hadits yang menentang hadits ini. Para Imam ini telah mengajarkan kepada kita agar bershalawat kepada Nabi SAW ketika telinga kita berdengung atau berdenging. Maka amalan ini sungguh boleh dikerjakan. Apalagi perintah shalawat itu adalah perintah umum yang boleh dilakukan kapan saja, kecuali pada waktu dan tempat tertentu, seperti ketika di kakus.
Rasululloh SAW menyuruh kita mengingat, menyebut atau memangil beliau ketika telinga kita berdengung. Salah satu keutamaan mengingat Rasul SAW dijelaskan dalam hadits qudsi dari ibnu ‘Atho-i yang dinukil dalam Mawahibul Laduniyyah karya Imam al-Qasthalani dimana Allah berfirman:
جَعَلْتُكَ ذِكْرًا مِنْ ذِكْرِيْ. فَمَن ذَكَرَكَ ذَكَرَنِي
Aku telah menjadikanmu (Nabi SAW) dzikir dari dzikirku, barangsiapa yang menyebutmu (Nabi SAW) maka ia telah menyebutKu.
Maka barangsiapa menyebut atau mengingat atau memangil-manggil Nabi Muhammad SAW, maka ia telah mengingat Allah SWT. Dan siapa yang mengingat Allah, maka Allah mengingat dia dan menyertainya dengan kasih-sayang-Nya sebagaimana dijelaskan dalam hadits qudsi riwayat Bukhari dalam Shahihnya dari Abu Hurairah dari Rasulullah, berfirman Allah Ta’ala:
أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ
“Aku bersama hamba-Ku dimana pun ia mengingat-Ku dan bergerak bibirnya karena (menyebut/memangil) Aku.”
Dan juga dalam riwayat lain dari Abu Hurairah dari Rasulullah, berfirman Allah Ta’ala:
وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“Dan Aku bersamanya ketika mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka.”
Dan Nabi menyuruh kita untuk bersholawat atas beliau. Di antara keutamaan shalawat ini dijelaskan oleh Rasul:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا، وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ عَشْرًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ مِائَةً، وَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِائَةً كَتَبَ اللَّهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ: بَرَاءَةً مِنَ النِّفَاقِ، وَبَرَاءَةً مِنَ النَّارِ، وأَسْكَنَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الشُّهَدَاءِ
Barangsiapa yang bersholawat atasku satu kali maka Allah bershalawat atasnya sepuluh kali. Barangsiapa yang bersholawat atasku sepuluh kali maka Allah bershalawat atasnya seratus kali. Barangsiapa bersholawat atasku seratus kali, maka Allah menulis diantara dua matanya: ‘bebas dari kemunafikan, dan bebas dari api neraka’ dan Allah tempatkan dia di hari qiamat bersama para syuhada. [Al-Mu'jamul Awsath dan Al-Mu'jamush Shaghir Imam Thabrani dari Anas bin Malik]
Allah bershalawat atasnya’ maksudnya Allah memberinya kesejahteraan, keselamatan dan kasih-sayang-Nya.
Dalam Kitab At-Taysir bi Syarh al-Jami'ush Shaghir, Al-Manawi menyebutkan bahwa sanad hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrany diatas adalah HASAN:
وإسناد الطبراني حسن
Dan sanad hadits yang diriwayatkan Ath-Thabrany (diatas) adalah HASAN.
يَا شَافِعَ الْخَلْقِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمْ * عَلَيْكَ نُوْرَالْخَلْقِ هَادِيَ اْلاَنَامْ
وَاَصْلَهُ وَرُوْحَهُ اَدْرِكْنِى * فَقَدْ ظَلَمْتُ اَبَدًا وَّرَ بِّنِى
وَلَيْسَ لِى ياَ سَيِّدِيْ سِوَاكَا * فَاِنْ تَرُدَّ كُنْتُ شَخْصًا هَا لِكَا
يَا سَيِّدِ ي يَا رَسُوْ لَ الله ْ (X ۷)
"YAA SYAAFI'AL KHOLQIS-SHOLAATU WASAALAAM,
ALAIKA NUUROL-KHOLQl HAADIYAL ANAAM;
WA ASHLAHU WA RUUHAHU ADRIKNII
FAQOD DHOLAMTU ABADAW-WAROBBINII ; (3 kali)
WA LAISA LII YAA SAYYIDII SIWAAKA,
FA IN TARUDDA KUNTU SYAKHSHON HAALIKA".
“YAA SAYYIDII, YAA ROSUULALLOH !” ( 7 kali)
Terjemah :
"Duhai Kanjeng Nabi Pemberi syafa'at makhluq,
kepangkuan-MU sholawat dan salam kusanjungkan,
duhai Nur-cahaya makhluq, Pembimbing manusia;
Duhai Unsur dan Jiwa makhluq,
bimbing, bimbing, bimbing dan didiklah diriku,
sungguh, aku manusia yang dholim selalu;
Tiada arti diriku tanpa Engkau duhai yaa Sayyidii,
Jika Engkau hindari aku, akibat keterlaluan berlarut-larutku,
Pastilah, pastilah, pasti ‘ku ‘kan hancur binasa !".
"Duhai Pemimpin kami, duhai Utusan Alloh!”--
"Yaa Sayyidii Yaa Rasulallooh"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar